TEMPO.CO, London - Pertandingan babak semifinal kedua Liga Champions Eropa di Stadion Stamford Bridge, London, Inggris, dinihari nanti, Kamis, 1 Mei 2014, akan menjadi peristiwa penting buat pelatih Chelsea, Jose Mourinho. Pasalnya, taktik Mourinho saat membawa Chelsea mengimbangi Atletico 0-0 pada semifinal pertama di Madrid, Spanyol, dan ketika memimpin klub berjuluk The Blues itu menang 2-0 di kandang Liverpool, Anfield, dalam Liga Primer Ingris, Minggu pekan lalu dikritik banyak pihak.
Pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, sebelum meminta maaf kepada Mourinho pada Selasa lalu mengungkapkan kekesalan kepada mantan gurunya, Mourinho, dalam konferensi pers setelah pertandingan di Anfield itu selesai. "Dia (Mourinho) seperti memarkir dua bus di depan gawangnya. Saya tidak akan melakukan cara seperti itu," kata Rodgers.
Ronnie Whelan, salah satu mantan bintang Liverpool yang legendaris, dalam tulisannya di media Irish Independent terbitan 29 April 2014 menyebut Mourinho membawa kembali zaman gelap Abad Pertengahan ke Liga Inggris saat kembali menangani Chelsea. Whelan, seperti Rodgers, juga menyebut Mourinho melakukan taktik superdefensif dengan model parkir bus itu.
Mourinho tak tinggal diam dan segera membalas kritikan Rodgers, Whelan, dan orang-orang yang tidak menyukainya. "Sepak bola sekarang penuh dengan ahli filsafat. Orang-orang merasa lebih tahu sepak bola dibandingkan saya," kata Mourinho dalam konferensi pers menjelang pertandingan Liga Champions dinihari nanti.
Sebelumnya, begitu pertandingan di Anfield pada Minggu pekan lalu selesai, Mourinho juga menjelaskan timnya bisa terus menahan gempuran Liverpool--setelah Chelsea unggul 2-0--bukan karena permainan The Blues yang negatif dengan bermain bertahan, tapi disebabkan Chelsea sukses menerapkan taktik penjagaan daerah.
Dalam teknik sepak bola, hal itu disebut sebagai zonal marking. Kebalikan dari taktik tersebut adalah man to man atau penjagaan orang per orang. Dalam zonal marking, sebuah tim baru akan melakukan penjagaan ketat bila lawannya memasuki daerah berbahaya, yaitu setelah lawan melewati garis tengah dan menuju kotak di luar kotak penalti. Adapun man to man, yaitu begitu sebuah tim kehilangan bola, masing-masing pemainnya, kecuali kiper, akan menjaga setiap lawan terdekat.
Berbeda dengan Rodgers, Whelan, dan pecinta Liverpool lainnya, pelatih Diego Simeone, yang akan memimpin Atletico Madrid melawan Chelsea di Stamford Bridge dinihari nanti, justru menaruh rasa hormat kepada Mourinho. "Taktik itu sah saja. Ada banyak cara untuk menang dan itulah yang membuat sepak bola hebat," kata Simeone (Baca: Simeone: Jika Atletico Seperti Chelsea, Menjemukan).
Namun, meski dibela oleh Simeone, saat ini, Mourinho seperti sedang menjadi musuh buat sebagian pecinta sepak bola di Inggris. Hari ini, misalnya, komentar Mourinho terhadap permintaan maaf dari Rodgers tetap saja dianggap sinis. Ini terjadi karena Mourinho berkata komentar Rodgers sebelumnya soal taktik bermain adalah hal yang seharusnya tak dilakukan pelatih sepak bola yang sudah mumpuni.
Mourinho menang menimbulkan rasa rindu-dendam di Inggris. Bila menang dinihari nanti, orang-orang harus menyanjungnya karena sukses membawa tiga tim yang berbeda menembus final Liga Champions. Namun, kalau kalah, orang-orang yang sepaham dengan Whelan akan mencercanya sebagai pembawa kembalinya abad gelap dalam sepak bola.
BBC | INDEPENDENT | MIRROR | ZONAL MARKING.NET | HARI PRASETYO
Terpopuler
Bantai Munchen 4-0, Madrid Lolos ke Final
Tampil Bagus di MU, Janujaz Masuk Timnas Belgia
Timnas U-19 Lawan Myanmar, Tersedia Tiket Rp 1 Juta