TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia Erlinda mengatakan, bukan hanya anak-anak korban sodomi Andri Subari (Emon), 24 tahun, yang depresi, orang tua korban juga syok berat. Karena itu, menurut dia, KPAI akan melakukan pemulihan pada anak dan orang tuanya minimal selama satu bulan.
"Ibu-ibu korban nangis semua. Orang tua benar-benar trauma, syok, depresi, khawatir anaknya terserang penyakit," kata Erlinda ketika dihubungi, Ahad, 4 Mei 2014.
Pemulihan ini dinilai sangat penting untuk dilakukan dan rutin karena jumlah korban sangat banyak, yakni 51 bocah laki-laki berusia 6-13 tahun. Meski dalam pengakuannya Emon telah mencabuli 55 anak. "Keluarga korban juga banyak," ujar Erlinda. (Baca: 3 dari 55 Korban Sodomi Emon Dirawat Intensif)
Saat dia memberikan dukungan kepada para orang tua korban kemarin, mereka terus menangis. "Saya sampaikan ke mereka agar tidak menangis di depan anak-anak, yang terpenting saat ini harus menguatkan anak-anak," tutur Erlinda.
Erlinda mengaku sudah bersepakat dengan pihak kepolisian maupun pemerintah kota untuk memindah rumah penyembuhan dan pemulihan dari kantor kepolisian ke salah satu kantor kelurahan. Di rumah ini, KPAI akan memberikan pendekatan play therapy dan family therapy. "Darurat pendampingan seminggu dulu. Dan dalam seminggu itu kami tidak izinkan mereka bersekolah," katanya.
Sebelumnya kasus ini terungkap berkat laporan dari Ju, 36 tahun, orang tua seorang korban sodomi Emon. Ju mendapati perilaku tidak wajar pada putranya. Sang anak juga mengeluh sakit pada anusnya. (Baca: Pemuda di Sukabumi, Emon, Sodomi 47 Bocah)
Setelah ditanya, anak 11 tahun ini mengaku mengalami kekerasan seksual oleh Emon di Pemandian Liosanta, Kota Sukabumi, pada Ahad, pukul 12.00 WIB. Ju lantas melapor ke Kapolresta Sukabumi. Emon kini telah ditahan dan dilakukan pemeriksaan.
LINDA TRIANITA
Terpopuler:
Jokowi di Yogya, Abraham Samad Pamit dari UGM
Ingin Ubah Persepsi, B-Channel Ganti Nama Jadi RTV
Syafii Maarif Emoh Bertemu Boediono Soal Century