TEMPO.CO, Jakarta: Pengamat pendidikan Jimmy Paat menyatakan kecurangan di ujian nasional (UN) tingkat sekolah menengah pertama (SMP) tidak akan jauh berbeda dengan sekolah menengah atas (SMA). "Modusnya sama," kata Jimmy saat dihubungi Tempo, Sabtu, 3 Mei 2014.
Menurut Jimmy, sebelum ujian dilaksanakan soal ujian sudah beredar luas. "Setelah (siswa) mendapat jawaban soal ujian, kemudian disembunyikan di tempat-tempat yang tidak terlihat pengawas ujian," jelas anggota Koalisi Pendidikan itu.
Ia mencontohkan jawaban itu ditulis di kertas kecil dan disembunyikan di kolong meja.
Jimmy melihat kebocoran soal UN itu membuat para pelajar meremehkan UN. Sebab, mereka bisa mendapatkan soal dan jawaban ujian dengan mudah, meski harus membayar mahal. "Ini jadi lelucon mereka," tutur Jimmy.
Agar kecurangan tidak lagi terjadi, Koalisi Pendidikan meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghapus UN. "Solusinya, tutup saja ujian nasional," kata Jimmy.
Koalisi Pendidikan menyarankan untuk mengetahui tingkat kepintaran siswa, guru bisa mengetahuinya dari hasil ulangan harian dan semester. Jadi, UN tidak diperlukan. "Para guru cukup mengevaluasi dari itu saja," tutur Jimmy.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan pelaku kecurangan dalam UN akan dijatuhi sanksi. Bila pelakunya guru atau kepala sekolah akan diproses secara hukum. (Baca: Kecurangan UN, Menteri Nuh Balik Menantang)
SINGGIH SOARES