TEMPO.CO, Australia - Dua bulan tanpa kejelasan nasib keluarga mereka, putra-putri pasangan Rod dan Mary Burrows, warga Queensland, Australia, yang menumpang pesawat Malaysia Airlines MH370, akan melakukan upacara pemakaman orang tua mereka pada Ahad, 4 Mei 2014. (Baca: Arkeolog Inggris Temukan Puing MH370 di Vietnam)
"Hati dan perasaan kami sangat hancur mengetahui nasib kedua orang tua kami yang tidak jelas," kata Jayden Burrows, putra pasangan itu seperi dikutip Sydney Morning Herald, Jumat 2 Mei 2014. (Baca: 4 Jam Hilang, Malaysia Baru Mencari MH370)
Rod dan Mary termasuk ke dalam 239 orang yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Pesawat Boeing 777 yang seharusnya mengantarkan mereka dari Kuala Lumpur menuju Beijing raib tanpa jejak sejak 8 Maret 2014. (Baca: Pria Australia Mengaku Lihat Puing MH370 di Bali)
Operasi pencarian yang terus dilakukan oleh tim gabungan sejumlah negara dengan menggunakan belasan kapal lau, pesawat terbang, hingga aneka peralatan canggih di kawasan Samudera Hindia, sebelah barat Australia tak kunjung membuahkan hasil. (Baca: Pencarian MH370 Berakhir?)
Jayden mengatakan, kedua orang tuanya itu berpergian menuju Beijing untuk berlibur. Mereka pergi bersama dua teman mereka yakni Robert dan Catherine Lawton yang berasal dari Brisbane. "Mereka ingin menikmati masa pensiun dengan berpergian ke luar negeri," ujarnya.
Namun pasangan yang meninggalkan 3 orang anak dan seorang cucu itu malah menghilang. Keluarga akhirnya mengikhlaskan nasib mereka dengan menganggap Rod dan Mary telah meninggal dunia.
Sebelumnya, pihak Malaysia Airlines mengatakan akan menghentikan biaya akomodasi buat para kerabat penumpang yang hilang mulai 7 Mei nanti. Ini artinya, keluarga yang sengaja terbang ke Kuala Lumpur atau Beijing untuk menunggu nasib orang-orang kesayangan mereka terpaksa harus pulang ke rumah masing-masing.
SMH.COM.AU | PRAGA UTAMA
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler:
Jokowi Nyapres, Ahok: Kacau-Balau Jakarta Ini
Tak Serahkan iPod, Boediono Bisa Dijerat Pasal Suap
Sri Mulyani Tak Ingin Krisis 1998 Terulang