TEMPO.CO, Jakarta - Jim Keady, aktivis buruh asal Amerika Serikat yang aktif melakukan advokasi untuk buruh pabrik sepatu Nike Indonesia dideportasi mulai Selasa, 6 Mei 2014, hingga enam bulan ke depan. Jim diciduk pihak Imigrasi sehari setelah bergabung dengan aksi solidaritas buruh tersebut di Bundaran Hotel Indonesia.
"Pada hari Rabu (saat peringatan Hari Buruh tanggal 1 Mei), saya dibawa selama beberapa jam untuk diinterogasi. Lalu paspor saya disita, dan saya harus kembali lagi ke Imigrasi untuk pertanyaan tambahan pada Jumat (3 Mei) pagi," katanya pada Tempo lewat surat elektronik, Senin, 5 Mei 2014.
Setelah investigasi selesai dilakukan pada Jumat kemarin, pihak Imigrasi menyatakan Jim harus dideportasi, dan tak bisa ke Indonesia lagi hingga enam bulan ke depan.
Keady mengaku heran dan curiga atas keputusan deportasi ini. "Saya rasa ini bukan kebetulan. Karena saya 'dijemput' oleh mereka satu hari setelah saya menghadiri aksi solidaritas dengan ratusan pekerja pabrik sepatu Nike di pusat Kota Jakarta (Bundaran Hotel Indonesia)," katanya.
Keady menyebut aksi pencidukan dan rencana deportasi itu sebagai tindakan untuk membungkam dirinya. Tapi ia mengaku tak kapok. "Saya akan katakan pada dunia tentang kekerasan yang menimpa buruh Nike di Indonesia," katanya.
Keady sendiri mengaku telah berkiprah di dunia aktivis perburuhan di Indonesia sejak 14 tahun lalu. Ia saat ini menjabat sebagai Direktur Educating For Justice, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bermarkas di Amerika Serikat.
Keady juga tercatat menjadi salah satu tim advokasi untuk 170.000 buruh Nike di Indonesia yang kondisinya memprihatinkan sementara perusahaan sepatu tersebut untung hingga miliaran dolar. Keady sebelumnya juga telah berhasil membantu para buruh ini untuk mendapatkan gaji yang layak dengan ikut campur dalam gugatan union busting, sehingga perusahaan sepatu itu akhirnya mau mentaati kode etik.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Imigrasi tak mau berkomentar panjang. "Mungkin saja dia dideportasi, tapi saya tidak bisa memastikan, karena saya tidak hafal satu-satu nama warga negara itu," katanya.
FEBRIANA FIRDAUS
Terpopuler:
Kampus Missouri Kembangkan Jurnalistik Via Medsos
Ada Jokowi dalam Naskah UN SMP di Kediri
Gempa Guncang Thailand dan Myanmar