TEMPO.CO, Jakarta - Positifnya data perekonomian dalam negeri terbaru masih menjadi sentimen positif pergerakan rupiah pada awal bulan. Inflasi April, yang mengalami minus (deflasi) 0,02 persen dan surplus neraca perdagangan Maret sebesar US$ 680 juta, disinyalir akan meningkatkan minat atas aset investasi bernilai rupiah.
Menurut analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, data tersebut berhasil membangun optimisme pelaku pasar. Lewat suplai dolar yang kian bertambah, pelaku pasar tak ragu mengakumulasi portofolio berdenominasi rupiah. “Likuiditas dolar meningkat, aset rupiah pun kembali menarik untuk diperhatikan,” ujar dia.
Albertus mengatakan dengan fundamental perekonomian yang semakin membaik, level nilai tukar rupiah pun ada kemungkinan akan terus menguat. Inflasi yang mengalami deflasi mendorong besaran imbal hasil (yield) pasar obligasi menjadi cukup signifikan bagi pelaku pasar. (Baca: Akhir Pekan, Tekanan Dolar Mengendur)
Namun laporan jumlah tenaga kerja Amerika Serikat terbaru (non-farm employment change) yang naik ke level 288 ribu tetap berpeluang membuat dolar kembali menguat. Meningkatnya data tenaga kerja mengindikasikan perekonomian AS semakin pulih, sehingga minat investor global terhadap dolar berpeluang meningkat.
Belum adanya perkembangan positif dari dinamika pencalonan presiden di dalam negeri serta terus membaranya krisis di Ukraina berpotensi menyebabkan kenaikan permintaan aset berlindung nilai aman (safe haven). Posisi rupiah pun belum akan memasuki tren menguat dalam jangka pendek. (Baca: Minim Data Positif, Rupiah Diprediksi Fluktuatif)
Hari ini laju rupiah diperkirakan hanya bergerak terbatas (sideways) di kisaran level 11.460–11.500 per dolar AS. “Tak cukup hanya data ekonomi, pasar juga menantikan sentimen positif pemilihan presiden,” kata Albertus.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Heboh Briptu Eka Menikah, Atasan Heran
Briptu Eka Menikah, Netizen: #Aku Rapopo
Briptu Eka Menikahi Polisi Anti-Narkotik
Agnez Mo Tampil Seksi dengan Suami Mariah Carey