TEMPO.CO, Singapura - Dua seniman Indonesia, Reza Afisinna dan Arin Dwihartanto Sunaryo, ikut berpartisipasi dalam pameran seni kontemporer "No Country: Contemporary Art for South and Southeast Asia". Pameran yang digelar di Pusat Seni Kontemporer Nanyang Technological University, Blok 43 Gillman Barrack, Singapura, ini berlangsung mulai 7 Mei hingga 20 Juli 2014.
Dalam pameran yang diselenggarakan Guggenheim UBS MAP itu, Arin memajang lukisan abstrak berjudul Volcanic Ash Series#4 (2012). Lukisan itu memperlihatkan letusan Gunung Merapi 2010 lalu. Sedangkan Reza memamerkan karya video lawas yang dibuatnya pada 2001 berjudul What... Dalam video itu tampak Reza menampar wajahnya berulang kali hingga kedua matanya berdarah.
Reza ingin memperlihatkan kekerasan dan nilai empati. Dia juga ingin menunjukkan kualitas yang sama dalam keyakinan yang berbeda. Ini ditunjukkannya dengan kalimat yang diambil dari Injil Lukas 12:3. Surat ini mengingatkan tentang peringatan melawan kemunafikan dan menekankan kebenaran dan pengakuan. "Bagi saya, surat ini sangat menarik dan puitis," ujar Reza kepada Tempo di sela-sela pembukaan pameran, Rabu, 7 Mei 2014.
Dalam acara ini dipamerkan 19 karya dari 16 seniman dari Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Thailand, dan Inggris. Para seniman memamerkan berbagai karya yang beragam, seperti lukisan, fotografi, patung, seni instalasi, dan video. June Yap, kurator Singapura, memilih dan mengkurasi karya para seniman di Asia Selatan dan Asia Tenggara ini.
Pameran ini melengkapi dua pameran yang digelar Guggenheim sebelumnya. Pameran pertama diadakan pada Februari-Mei 2013 di Museum Solomon R. Guggenheim, New York. Sedangkan pameran kedua diselenggarakan di Asia Society Hong Kong Centre pada Oktober 2013-Februari 2014.
DIAN YULIASTUTI (SINGAPURA)