Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Sebab Siswa Asia Lebih Unggul di AS  

Editor

Indah Pratiwi

image-gnews
Ibu negara Amerika Serikat Michelle Obama, berpose dengan sejumlah siswa  sekolah lokal setelah melakukan penanaman tahunan di White House Kitchen Garden, Washington (2/4). Michelle Obama menanam sayuran di kebun sayur, Lawn Selatan untuk memulai percakapan nasional di seluruh kesehatan dan kesejahteraan bangsa. REUTERS/Yuri Gripas
Ibu negara Amerika Serikat Michelle Obama, berpose dengan sejumlah siswa sekolah lokal setelah melakukan penanaman tahunan di White House Kitchen Garden, Washington (2/4). Michelle Obama menanam sayuran di kebun sayur, Lawn Selatan untuk memulai percakapan nasional di seluruh kesehatan dan kesejahteraan bangsa. REUTERS/Yuri Gripas
Iklan

TEMPO.CO, New York - Siswa berdarah Asia-Amerika cenderung mengungguli rekan-rekan kulit putih mereka di sekolah karena mereka berusaha lebih keras, menurut sebuah studi di Amerika Serikat. Temuan tersebut didasarkan pada analisis catatan dari dua survei terpisah mengenai siswa Asia di AS sejak dari taman kanak-kanak hingga SMA.

Dalam penelitian itu, para ilmuwan di Queens College of New York, University of Michigan dan Universitas Peking di Beijing meneliti indikator seperti tingkatan, nilai ujian, penilaian guru, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, status imigrasi, dan faktor lainnya.

"Awalnya, siswa Asia-Amerika masuk sekolah tanpa keunggulan akademik jika dibandingkan dengan rekan-rekan kulit putih mereka," kata studi tersebut. Namun seiring waktu, keunggulan mereka tumbuh.

"Pada kelas lima atau pada usia 10-11 tahun, siswa Asia-Amerika secara signifikan mengungguli siswa kulit putih," demikian salah satu bunyi simpulan penelitian. Perbedaan paling menonjol terlihat pada kelas 10 atau pada usia 15-16 tahun.

"Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa kesenjangan prestasi tumbuh lebih disebabkan oleh kesenjangan dalam upaya akademis ketimbang perbedaan dalam kemampuan kognitif," demikian kesimpulan penelitian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti menyatakan siswa Asia-Amerika cenderung dimotivasi oleh ajaran-ajaran budaya yang menanamkan gagasan bahwa upaya lebih penting dari kemampuan bawaan. Mereka juga harus menghadapi tekanan yang lebih besar dari orang tua untuk berhasil ketimbang rekan-rekan kulit putih mereka.

Gagasan bahwa mahasiswa Asia adalah pekerja keras yang ditakdirkan untuk sukses mungkin adalah stereotipe. Namun pada kenyataannya, mereka benar-benar bekerja dengan sangat gigih, kata peneliti. "Ini stereotipe positif yang dapat membantu meningkatkan prestasi siswa Asia-Amerika. Sedangkan stereotipe negatif terbukti menghambat pencapaian pemuda Afrika-Amerika," kata mereka.

Studi ini diterbitkan dalam edisi 5 Mei jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.


iAFRICA.COM | INDAH P

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran