TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi menilai isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang melekat pada Prabowo Subianto dimainkan oleh partai lain untuk menyerang calon presiden dari Partai Gerindra tersebut. "Kami sudah berkali-kali membantah tudingan ini, masalah ini sudah selesai jauh-jauh hari," kata Suhardi saat dihubungi Tempo, Selasa, 6 Mei 2014.
Sebelumnya dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, hari ini, sejumlah aktivis penggiat hak asasi manusia menyebut bahwa Prabowo Subianto tak layak maju dalam pertarungan calon presiden mendatang. Alasannya, Prabowo masih terikat masalah pelanggaran HAM pada 1998.
Anggota Imparsial, Al-Araf, yang hadir sebagai pembicara menganggap Prabowo akan kesulitan menyelesaikan masalah pelanggaran HAM masa lalu. Ia menilai, orang yang terlibat dosa masa lalu, enggan untuk membuka perilakunya sendiri.
Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Andreas Parera, yang juga menjadi pembicara menyatakan kasus pelanggaran HAM lalu termasuk penculikan 13 orang aktivis pada 1998 harus segera diselesaikan. Penyelesaian masalah tersebut, kata dia, diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. "Tiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum," ujar Andreas.
Karena itu, ia meminta kepada presiden terpilih nantinya harus dapat menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu. "Termasuk yang dilakukan Prabowo."
Suhardi menyatakan kecewa dengan pendapat politikus PDIP tersebut. Sebab PDIP seakan “lupa-lupa ingat” terhadap isu pelanggaran hak asasi yang dilakukan Prabowo. "Saat PDIP bersama kami dalam Pemilu 2009, mereka tak membahas itu," kata Suhardi. Kala itu, PDIP dan Gerindra membangun koalisi untuk mendorong Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto menjadi calon presiden dan wakil presiden.
Meski begitu, Suhardi menyatakan tak akan lelah membantah kabar miring yang menyerang Prabowo. "Kami akan sampaikan ke masyarakat bahwa Pak Prabowo bersih."
INDRA WIJAYA
Berita Terpopuler:
Brunei Terapkan Syariat, Selebritas Dunia Protes
Didakwa Banyak Kasus, Atut Terancam Tua di Bui
Foto Seksi Maria Renata Disorot Media Australia
Jokowi Pilih Cawapres yang Lebih Suka di Kantor