TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyampaikan tak memiliki agenda untuk menasionalisasi aset-aset nasional yang dikuasai asing. Selain karena terikat hukum internasional, Ketua PDIP Maruarar Sirait mengatakan banyak orang Indonesia yang memiliki investasi di luar negeri.
"Kalau itu terjadi bagi warga negara kita kan tidak enak juga," kata Maruarar saat dihubungi, Kamis, 8 Mei 2014. Dia mencontohkan PT Pertamina dan PT Telkom yang mempunya investasi di luar negeri. Dia mengatakan semua pihak harus menghormati kontrak yang sudah dibuat bersama-sama.
Terkait dengan kontrak karya, Maruarar mengatakan Indonesia harus banyak belajar dari perjanjian di masa lalu. Dia meminta ada evaluasi terhadap kontrak-kontrak yang merugikan Indonesia. Di masa datang, ketika ada investasi masuk, Indonesia mesti bisa meminta bagian lebih besar ketimbang investor yang menanamkan modalnya. "Tahun depan banyak kontrak besar berakhir, ini kesempatan," kata dia.
Maruarar mengatakan partainya tidak anti modal asing. Namun, menurut dia, Indonesia mesti memiliki skala prioritas dalam pengelolaan sumber daya nasional. Misalnya, jika ada sumber daya Indonesia yang mumpuni di bidang tertentu, pemerintah harus mempriorotaskan sumber daya dalam negeri. Dia mengatakan kebijakan yang seperti ini membutuhkan komitmen kuat dari pemerintah.
Contoh lain, misalnya, Indonesia mesti menyiapkan perangkat teknologi dan tenaga profesional. Pendanaan investasi, kata dia, bisa melalui skema badan usaha milik negara dan pengusaha nasional. Selain itu, Maruarar mengatakan, partainya juga akan melibatkan usaha kecil menengah untuk penguatan ekonomi nasional. "Keberpihakan akan jelas," kata dia.
Dia tak menampik investor asing pasti ingin mencari untung di Indonesia. Menurut dia, hal itu sah-sah saja. Namun, anggota Komisi Keuangan DPR ini mengatakan pemerintah mesti menyiapkan regulasi yang melindungi kepentingan dalam negeri. Maruarar mengatakan Indonesia mesti menyiapkan diri menjadi pemain dalam pasar internasional, tidak hanya pasar bagi investor asing. "Kami ingin membangun nasionalisme yang berbasis kepentingan nasional," kata dia.
WAYAN AGUS PURNOMO