TEMPO.CO, Teheran - WhatsApp telah bergabung dengan Facebook sejak beberapa bulan yang lalu. Artinya, pemilik Facebook, Mark Zuckerberg, resmi menjadi bagian dari WhatsApp, begitu pun dengan Jan Koum. Namun, ternyata akuisisi tersebut membuat layanan pesan chatting itu dilarang di Iran.
Menurut surat kabar Israel, Haaretz, sejumlah pejabat di Iran telah mendesak larangan WhatsApp di negara tersebut sejak layanan chat terpopuler itu bergabung dengan Facebook pada Februari lalu. Alasannya, Zuckerberg adalah seorang Yahudi dan diyakini sebagai "Zionis Amerika".
"Alasannya adalah karena ada adopsi dari pendiri WhatsApp dengan Zuckerberg yang adalah seorang zionis Amerika," kata Sekretaris Komite untuk Penentuan Pidana Web Content, Abdolsamad Khorramabadi, menurut laporan Haaretz, seperti dilansir oleh CNET, Jumat, 9 Mei 2014.
Di lain pihak, pemerintah Iran yang kini dinilai lebih moderat sejak terpilihnya Presiden Hassan Rouhani mengkritik hal ini. Bahkan, lewat akun Twitter-nya, Rouhani tidak setuju dengan larangan itu. "Pemerintah sepenuhnya menentang larangan WhatsApp," kicaunya.
Media sosial seperti Twitter dan Facebook telah dilarang di Iran sejak 2009. Larangan dicetuskan setelah banyaknya protes pada mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad karena dianggap mengambil "keuntungan" dari media sosial.
RINDU P HESTYA | CNET
Berita Lain:
Kecap Bisa Sembuhkan HIV/AIDS?
Kecelakaan Motor, Jantung Pria Ini Pindah ke Kanan
Teknologi Ini untuk Menguji Makanan Halal