TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya indeks dolar menjadi penyebab mayoritas kurs regional bergerak menguat terhadap dolar. Investor global yang meragukan kualitas pertumbuhan tenaga kerja (nonfarm payrolls) sebanyak 288 ribu pada April tampak enggan mengakumulasi portofolio investasi berdenominasi dolar.
Ekonom dari PT Bank Internasional Indonesia, Juniman, mengakui tren pelemahan dolar mendorong mata uang regional cenderung menguat. Pelaku pasar yang cenderung melepas kepemilikan aset-asetnya yang bernilai dolar akhirnya menyebabkan likuiditas dolar di pasar global meningkat, sehingga berdampak negatif bagi valuasi dolar di tingkat global. “Tekanan terhadap dolar yang menyebabkan kurs regional bergerak positif,” katanya.
Juniman menambahkan, mata uang dolar juga tertekan oleh sikap dan kebijakan akomodatif bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Hasil pidato terkini Janet Yellen, Gubernur The Fed yang menegaskan kebijakannya mempertahankan suku bunga rendah, sontak mengurangi daya tarik mata uang dolar.
Di pasar mata uang, rupiah ditutup menguat 31 poin (0,27 persen) pada level 11.531,5. Nilai tukar peso tercatat mengalami kenaikan tertinggi (rebound) sebesar 1,26 persen ke level 43,63 per dolar. Sebaliknya, yen justru masih melemah tipis 0,08 persen ke level 101,74 per dolar. “Peringkat utang Filipina yang dinaikkan Standard & Poor’s yang menopang penguatan peso,” ujar Juniman.
PDAT | MEGEL JEKSON
Berita lain:
Boediono Sebut Yang Mulia, JK: Saya Cukup Pak Hakim
Cara Bupati Bogor Mengelak Disebut Terima Suap
Ini Dia Kesalahan Pertama Van Gaal kepada MU
Uraikan Sejarah Majapahit, Terdakwa Ditegur Hakim
Jusuf Kalla Nonton Detik-detik Kesaksian Boediono
Sidang Century, Boediono: Itu Suara Ibu Miranda
Kata Korut, Obama seperti 'Monyet Hitam'