TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya memulangkan 95 pekerja seks komersial di lokalisasi Moroseneng, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya. Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo mengatakan lokalisasi Moroseneng saat ini dipastikan bersih dari aktivitas maksiat. "Mereka berasal dari sejumlah daerah di luar Surabaya," kata Supomo kepada Tempo, Sabtu, 10 Mei 2014.
Jika masih ditemukan aktivitas mesum di Moroseneng, Supomo mengancam akan menutup paksa. Dinas Sosial memberikan pesangon Rp 5.050.000 untuk setiap PSK di Moroseneng. Sebelum dipulangkan, kata dia, Dinas Sosial telah memberi pelatihan keterampilan dan kewirausahaan pada setiap PSK selama satu pekan. Ia yakin langkah ini mampu memutus mata rantai lokalisasi di Surabaya.
Khusus pelatihan ini, setiap PSK mendapat anggaran Rp 1 juta. "Jadi, setiap PSK totalnya dapat Rp 6.050.000,” ujarnya. Setelah Moroseneg, pemerintah akan memulangkan PSK di lokalisasi Dolly pada 19 Juni 2014. “Di Dolly ada 1.080 PSK dan 300-an mucikari," ujarnya.
Setelah ditutup, ia melanjutkan, kawasan Moroseneng beralih fungsi lagi menjadi perkampungan biasa. Bagi masyarakat pemilik rumah bordil yang ingin berwiraswasta di daerah itu, Pemerintah Kota Surabaya siap memberikan bantuan modal berupa dana hibah.
Sebelum dana itu cair, kata dia, masyarakat wajib membentuk kelompok dan membuat proposal bantuan untuk diajukan kepada Pemkot Surabaya. "Kami akan usahakan menggunakan dana hibah, jadi bantuan cuma-cuma kepada mereka yang ingin berwiraswasta," tuturnya.
DIANANTA P. SUMEDI
Berita Terpopuler:
Ini Dia Klub Baru Ryan Giggs
9 Jam Bersaksi Kasus Century, Boediono: Saya Lega
Sampar Hitam Membuat Manusia Kuat
Begini Gaya Kontroversial Olga Syahputra