TEMPO.CO, Jakarta - Media massa ramai-ramai menulis mengenai sejumlah kekerasan seksual yang menimpa anak-anak. Dari kekerasan yang menimpa seorang anak TK Jakarta International School (JIS) hingga kasus puluhan anak di bawah umur yang dicabuli Andri Sobari alias Emon di Sukabumi. (Baca: Bertambah, Korban Pelecehan Seksual di JIS, Kasus Emon Mirip Robot Gedek)
Pakar kriminologi dari Universitas Indonesia, Muhammad Irvan Olii, mengatakan sebenarnya kasus semacam itu sudah marak terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Namun saat ini kasus itu menjadi heboh karena korban sudah berani melapor ke kepolisian. "Para korban menyadari itu kejahatan, kemudian berani melaporkannya," kata Irvan kepada Tempo, Jumat, 9 Mei 2014.
Selain itu, kata dia, media massa turut membantu lewat gencarnya pemberitaan, sehingga kasus kekerasan seksual bermunculan ke permukaan. "Ini bukan soal bertambah banyak atau sedikitnya kasus, tapi kesadaran korban untuk melapor," katanya.
Menurut Irvan, kekerasan seksual yang kini tengah disorot publik itu memang kerap terjadi di lingkungan perkotaan, namun tak berarti di lingkungan perdesaan tak terjadi. "Di perdesaan pun mungkin terjadi, tapi belum diketahui karena korban mungkin belum melapor," katanya.
NINIS CHAIRUNNISA