TEMPO.CO, Tripoli – Puluhan orang tewas dalam kecelakaan kapal di lepas pantai Tripoli, Libya, pada Ahad, 11 Mei 2014. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Libya menyatakan setidaknya 40 imigran gelap tenggelam dalam musibah tersebut.
Kepada CNN, juru bicara Rami Kaal menuturkan, sementara 40 tewas, sebanyak 50 orang lainnya berhasil diselamatkan. Namun ia belum bisa memastikan berapa jumlah korban yang hilang.
Kaal juga belum memiliki informasi tentang kebangsaan para imigran. Namun, beberapa waktu belakangan, Libya memang tengah menghadapi arus deras imigran dari sub-Sahara Afrika, seperti Mesir, Tunisia, dan Afrika, yang berusaha mencari suaka ke Eropa. Mereka melintasi Libya untuk memasuki wilayah Italia dan Malta. (Baca: 400 Imigran Afrika Ditangkap di Libya)
Libya mengecam keras masalah ini. Mereka menuntut Uni Eropa bertindak lebih tegas kepada para imigran, terutama yang memasuki Libya. Sebab, sejak arus imigran menjadi begitu deras memasuki Libya, tingkat kejahatan di negara ini meningkat.
“Saya memperingatkan dunia, terutama Uni Eropa, untuk memikul tanggung jawab ini,” kata Menteri Dalam Negeri Libya Salah Mazeq dalam sebuah pernyataan.
Untuk mengatasi masalah ini bersama, Libya meminta Uni Eropa kembali mengirimkan kapal guna menjaga wilayah perairan Libya dari para imigran yang melewati jalur lalu. Sudah 18 bulan, kapal yang berasal dari negara Eropa, yang tidak ia sebutkan, berhenti beroperasi di wilayah tersebut.
ANINGTIAS JATMIKA | CNN
Terpopuler
Cina Berencana Bangun Jalur Kereta Bawah Air ke AS
Ikuti Crimea, Dua Wilayah Ukraina Gelar Referendum
Demi Anak, Orang Tua Nekat ke Markas Boko Haram