TEMPO.CO, Jakarta - Artis dangdut Rhoma Irama yang menyerukan kepada para penggemarnya untuk tidak memberikan dukungan kepada calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), dinilai Ikang Fawzi, 54 tahun, sebagai manuver akibat pembusukan politik.
"Saya kira itu hal yang wajar. Manuver seorang raja dangdut yang awal digadang-gadang tapi kemudian karena satu hal jadi gagal. Rhoma mengalami pembusukan politik, jadi manuver dia serukan imbauan kepada pendukungnya," kata Ikang kepada Tempo, Selasa, 13 Mei 2014.
Penyanyi rock yang pernah berjaya pada tahun 80-an ini menilai sikap yang diambil Rhoma enggak bisa dilihat secara sepenggal-penggal. (Baca: Rhoma Larang Coblos Jokowi, PKB akan Redam)
"Karena ini demokrasi, saat Rhoma dipinang sebuah partai seharusnya disadari bahwa Rhoma punya kesempatan untuk bersikap demokrasi seperti yang sekarang ia lakukan," ujar suami artis Marissa Haque ini.
Ikang yang juga menjadi calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Jawa Barat untuk Partai Amanat Nasional ini menerangkan, dalam demokrasi, masalah yang sepintas sepele bisa jadi besar. (Baca: Kaka Slank: Rhoma Tak Boleh Dendam)
Menurut dia, mungkin awalnya enggak ada maksud Rhoma melakukan hal ini. Namun jangan lupa dia adalah legenda dan ikon untuk musik dangdut. Dan apa yang diserukan kepada para penggemarnya bisa menjadi sebuah suruhan yang akan dilakukan atau diaminkan penggemarnya.
"Ya, sah-sah saja Rhoma melakukan imbauan kepada pendukungnya. Soal apakah massanya akan menuruti imbauan Rhoma, itu soal lain," ujarnya.
HADRIANI P
Terpopuler:
KSPI Jawa Tengah Tak Dukung Capres Prabowo
Hari ini, SBY Bertemu Prabowo dan Jokowi di Istana
Menjabat di MK, Total Gaji Akil Rp 12,4 Miliar