TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagi Indonesia Dr Khanchit Limpakarnjanarat mengatakan penyakit flu yang kini menyebar di Timur Tengah masih dapat dicegah dengan menerapkan tindakan pencegahan yang tepat, seperti menerapkan etiket batuk--antara lain menutup mulut dengan tisu saat bersin atau batuk--menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air, serta pengendalian infeksi.
WHO tidak menyarankan adanya pemindaian khusus pada pintu masuk negara, serta pembatasan perjalanan/perdagangan terkait dengan MERS-CoV, termasuk untuk jemaah umrah dan haji.
Berikut petikan wawancara secara tertulis Tempo, Rabu, 14 Mei 2014.
Apakah MERS itu?
Middle East respiratory syndrome (MERS) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan suatu virus korona jenis baru (novel coronavirus) sehingga dinamai MERS-CoV pada Mei 2013. Penyakit dengan virus ini pertama ditemukan tahun 2012. Virus Korona atau coronavirus adalah keluarga jenis virus yang bisa menyebabkan penyakit dari yang ringan seperti flu biasa hingga parah seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Bagaimana gejala-gejalanya?
Gejala umum MERS adalah demam, batuk, dan sesak. Pneumuonia (radang paru) dialami sebagian besar pasien. Beberapa pasien yang mengalami diare. Parahnya penyakit dapat menyebabkan pasien tak dapat bernapas sendiri (kegagalan pernapasan). Ada juga pasien mengalami kegagalan fungsi organ seperti gagal ginjal.
Kapan MERS pertama kali ditemukan?
Kasus pertama coronavirus jenis terbaru, kini disebut MERS-CoV, ditemukan pada pasien yang mengalami pneumonia (radang paru) akut dan gagal ginjal di Jeddah, Kerajaan Arab Saudi, bulan Juni 2012. Saat itu, tidak terdapat bukti-bukti cukup yang dapat membantu menetapkan sumber penyakit ini. WHO bekerja sama dengan negara-negara dan mitra untuk terus menyelidiki sumber penyakit ini serta rute penularannya.
Bagaimana pola penyebaran MERS?
Virus tampaknya berjangkit luas di semenanjung Arab. Seluruh kasus yang dilaporkan dari luar Timur Tengah pertama terkena infeksi di Timur Tengah sebelum kemudian bepergian keluar dari wilayah tersebut. Kasus-kasus di luar Timur Tengah tampaknya tidak menulari orang di negara tujuan/asal. Negara-negara yang telah melaporkan adanya kasus MERS (confirmed) adalah Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Yaman (Timur Tengah); Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris (Eropa); Tunisia dan Mesir (Afrika); Malaysia dan Filipina (Asia); serta Amerika Serikat.
Berapa jumlah resmi kasus positif MERS yang tercatat WHO di seluruh dunia, sejak pertama ditemukan hingga kini?
Dari seluruh dunia, sejak kasus pertama ditemukan hingga 9 Mei 2014, WHO menerima laporan 536 kasus MERS-CoV yang telah mendapatkan konfirmasi berdasar tes laboratorium, termasuk di antaranya 145 meninggal.
Apakah WHO akan memberlakukan pembatasan perjalanan?
WHO tidak menyarankan adanya pemindaian khusus pada pintu masuk negara, serta pembatasan perjalanan/perdagangan terkait MERS-CoV, termasuk untuk jemaah umrah dan haji.
Seberapa genting bahaya MERS, dibandingkan SARS dan flu burung?
Secara umum, angka kematian akibat SARS adalah 9.6%. Namun pada awal munculnya penyakit tersebut, angka kematian mencapai 60%. Secara global, angka kematian flu burung (H5N1) sekitar 60%, meski di Indonesia mencapai 80%. Untuk MERS-CoV angka kematian saat ini secara global adalah sekitar 28.7%, meski begitu, pada awalnya, angka kematian mencapai 60%.
Saat ini, sebagian kasus adalah kasus sekunder, yaitu tertular dari penderita MERS-CoV lain, dengan gejala ringan. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, seperti menerapkan etiket batuk, menjaga kebersihan tangan, serta pengendalian infeksi, penyakit ini masih dapat dicegah.
Perbedaan lainnya, MERS dan SARS disebabkan virus corona, sedangkan AI disebabkan oleh virus A (H5N1).
NATALIA SANTI