TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Nasional Demokrat (NasdDm), Patrice Rio Capella, menyatakan bahwa partainya sudah memiliki strategi untuk memenangkan Jokowi, calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
"Strategi tersebut dapat mengamankan suara untuk Jokowi pada pemilihan presiden 9 Juli 2014," kata Patrice kepada Tempo di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem di Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu, 14 Mei 2014.
Strategi tersebut, kata dia, menekankan pada tindakan partai untuk menjaga suara NasDem yang berjumlah delapan juta lebih agar suara tersebut masuk untuk Jokowi. Partainya juga akan mengandalkan tokoh-tokoh NasDem dan juga tokoh-tokoh masyarakat di setiap daerah untuk meyakinkan publik bahwa visi dan misi Jokowi mampu menciptakan perubahan.
"Kami juga akan memaksimalkan kinerja para kader sebagai mesin politik yang bekerja untuk meyakinkan konstituen bahwa visi dan misi Partai NasDem sendiri, restorasi untuk perubahan, mampu diemban oleh Jokowi," kata Patrice.
Ia melihat adanya kemungkinan bertambahnya suara untuk Jokowi dari masyarakat yang dalam pemilihan legislatif tidak memilih tiga partai koalisi pengusung Jokowi sebagai calon presiden.
"Masyarakat pemilih sekarang kan tipikalnya berbeda, bisa jadi sekarang berbondong-bondong memilih Jokowi," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa dalam koalisi ini masing-masing peserta koalisi sepakat untuk tidak melakukan kampanye negatif maupun money politics dalam memenangkan Jokowi. "Hal tersebut terbukti sangat merugikan dan itulah yang harus diubah," katanya.
Partai NasDem adalah partai yang pertama kali mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden. Kemudian diikuti Partai Kebangkitan Bangsa. Deklarasi koalisi partai pengusung Jokowi berlangsung di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Rabu, 14 Mei 2014. (Baca: Megawati Sebut Banyak Partai Main di Tikungan)
Hingga saat ini ada dua poros yang terbentuk dan akan bersaing dalam pemilihan presiden Juli mendatang. Poros pertama adalah Prabowo Subianto dengan mengusung cawapres Hatta Rajasa berduel dengan poros Jokowi yang hingga saat ini belum menentukan nama bagi calon pendampingnya.
Namun, kata dia, partainya belum menentukan strategi partai untuk mengantisipasi skenario terburuk, seperti gagalnya Jokowi maju menjadi presiden. "Kami berfokus pada agenda rapat pimpinan nasional yang akan dilaksanakan Juni nanti," kata dia.
DINI PRAMITA