TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat masalah kontra-terorisme, Harits Abu Ulya, melihat adanya kejanggalan dalam penangkapan Ramudji, warga Lamongan, Jawa Timur, oleh tim gabungan Detasemen Khusus 88 Antiteror pada Selasa, 13 Mei 2014. "Penangkapan Ramudji adalah narasi yang dibuat-buat. Sarat aroma rekayasa," kata Harits.
Ramudji alias Kapten di Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran, Lamongan, dikaitkan dengan jaringan Santoso cs di Poso. Ramudji juga disebut-sebut terlibat dalam pelatihan perakitan bom di wilayah pegunungan Poso dan aktif mengirim logistik ke kelompok Santoso. Bahkan, Ramudji juga diduga akan melakukan bom bunuh diri pada pemilu presiden 9 Juli 2014.
Dari penelusuran di lapangan, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst ini menemukan sejumlah hal yang bertentangan dengan tudingan tim Densus. Menurut para tetangga, Ramudji setiap hari bisa dijumpai di tempat pelelangan ikan di Brondong, Paciran, Lamongan. (Baca:Densus 88 Gerebek Warga Lamongan)
Dia hanya seorang kuli bongkar ikan yang dulunya pernah jadi kapten--istilah yang disematkan kepada pencari ikan yang juga pemegang kemudi perahu ikan. "Jadi bukan kapten seorang perwira rendah dengan senjata api di pinggang, tapi seorang pemegang kemudi perahu ikan," kata Harits kepada Tempo, Jumat, 16 Mei 2014.
Tidak beruntung sebagai kapten, Ramudji kemudian memilih menjadi kuli jasa bongkar ikan dan bekerja serabutan. Ia lahir dan menjadi dewasa di Blimbing, Kecamatan Paciran. Ayah satu putri ini sudah empat tahun menjalani pekerjaannya sebagai kuli jasa bongkar ikan.
Bersama keluarga kecilnya, ia tinggal di rumah yang sangat sederhana di dekat tempat pelelangan ikan. Ia ditangkap Densus 88 di desa tetangga, Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran.
Menurut penuturan kawan-kawannya di tempat pelelangan ikan, Ramudji tidak pernah pergi jauh atau ke luar pulau. Mereka heran ketika Ramudji dituduh bergabung dengan pelatihan di Poso dan merakit bom.
Menurut Harits, kasus penangkapan sejumlah terduga teroris merupakan bagian dari rekayasa. Ia memandang ada pihak-pihak yang bernafsu menjaga Poso sebagai "panggung" dan lahan proyek atas nama kontra-terorisme.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Terpopuler:
Puan Sebut Dirinya Calon Wakil Presiden
Ahok: Rekening Pribadi Tak Boleh Salurkan APBD
Pemblokiran Kursi Cegah Ulah Calo Tiket Kereta