TEMPO.CO, Surabaya -- Kepala Bank Indonesia Wilayah IV Surabaya, Dwi Pranoto, mengatakan harga properti residensial di empat kota, yaitu Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, pada triwulan I 2014 meningkat. Itu terlihat dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang meningkat 4,26 persen ketimbang triwulan sebelumnya.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia menunjukkan kenaikan IHPR tertinggi terjadi pada rumah tipe besar (5,8 persen), disusul tipe menengah (5,2 persen), dan tipe kecil (1,4 persen). "Responden menyatakan kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, dan tingginya biaya perizinan menjadi pendorong kenaikan rata-rata harga perumahan pada triwulan I," ujar Dwi di kantor BI Surabaya, Jumat 16 Mei 2014.
Upaya pengembang untuk menambah fasilitas umum yang memadai juga menjadi pemicu kenaikan harga rumah yang ditawarkan. Kenaikan harga rumah diikuti dengan penurunan volume permintaan pembelian properti residensial untuk rumah tipe menengah dan tipe besar, masing-masing turun 7,3 persen dan 13,8 persen. Sebaliknya, penjualan rumah untuk tipe kecil justru meningkat hingga 15,4 persen dibanding triwulan IV 2013.
Turunnya permintaan rumah tipe menengah dan besar pada triwulan I 2014 disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya imbas kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sejak tahun lalu dan kenaikan suku bunga acuan. "Faktor besaran suku bunga menjadi salah satu pertimbangan konsumen, mengingat sumber pembiayaan pembelian rumah saat ini lebih banyak didominasi oleh KPR," ucap Dwi lagi.
Berdasarkan hasil SHPR, penggunaan KPR untuk pembelian rumah tipe besar mencapai 57,1 persen, tipe kecil 56,9 persen, dan tipe menengah sebesar 52,4 persen. Sementara data Bank Indonesia menunjukkan rata-rata bunga KPR pada triwulan I 2014 sebesar 11 persen, naik dibanding triwulan IV 2013 di kisaran 10 persen.
Penurunan permintaan rumah, kata Dwi, juga dipengaruhi oleh tingginya uang muka sebagai implikasi dari penerapan kebijakan Loan to Value (LTV) atau pembatasan besaran uang muka kredit. Kombinasi keduanya mendorong tertahannya permintaan pembelian rumah di Jawa Timur.
Imbasnya, angka pertumbuhan kredit properti yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada triwulan I 2014 hanya 26,36 persen, turun dibanding triwulan IV 2013 sebesar 32,06 persen. Namun perlambatan masih dalam kisaran kondusif bagi perekonomian Jawa Timur.
Dari sisi kebijakan, perlambatan ini diarahkan untuk menjaga pertumbuhan kredit properti yang pada periode-periode sebelumnya cenderung tumbuh terlalu tinggi. "Langkah ini dilakukan guna menghindari risiko kredit yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan secara umum."
Responden memprediksi kenaikan harga properti masih akan berlanjut pada triwulan II 2014. Ada perkiraan kenaikan IHPR sebesar 3,3 persen ketimbang triwulan I 2014. Perkiraan kenaikan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil (4,93 persen), disusul tipe besar (4,61 persen), dan tipe menengah (0,46 persen). Dibanding tahun sebelumnya, IHPR diprediksi naik hingga 17,5 persen persen. Kenaikan harga disumbang oleh rumah tipe kecil (18,2 persen), tipe menengah (18,6 persen), dan tipe besar (15,7 persen).
DIANANTA P. SUMEDI
Terpopuler