TEMPO.CO, Jakarta - Untaian rambut hitam membentuk sebuah lonceng menggantung di salah satu sudut ruang. Di dalamnya longgar, ada sedikit ruang disisakan di bagian depan lonceng rambut yang berukuran 1 meteran itu. Belasan rol merah jambu menggantung acak di rambut itu. Itulah karya seniman Mella Jaarsma, yang diberi judul Shaggy.
Dari rambut ini, Mella ingin mempresentasikan simbol keperempuanan yang mewakili erotisme, stereotipe gender, dan identitas. Dulu,rambut panjang yang hitam menjadi simbol perempuan Jawa, tetapi kemudian waktu terus bergeser. Para perempuan muda Jawa tak lagi membanggakan rambut panjangnya sebagai identitas. Mereka pergi ke salon dan memilih model Shaggy yang menjadi tren saat itu.
“Ini rambut asli dan terasa hangat di dalamnya. Mella membuatnya menjadi semacam simbol,” ujar Joyce, pemandu di Singapore Art Museum, kepada rombongan jurnalis Asia Tenggara ketika berkunjung, Kamis, 8 Mei 2014.
Karya Mella ini melengkapi karya para seniman yang dipamerkan di Singapore Art Museum dalam judul Medium At Large--Shapeshifting Material and Methods in Contemporary Art, 25 April 2014-April 2015. Tema lukisan boleh mengambil Medium At Large, tapi tak semua karya dipamerkan berukuran cukup besar di sebuah ruangan. Namun ada pula karya yang terkecil, berwujud gelas kaca dan lukisan emas koleksi Juan Luna pada 1895.
Selain karya Mella, ada pula lukisan arang dan arang meja lengkap dengan buku yang tebal karya Titarubi. Karya ini pernah dipamerkan di Venice Biennale 2013. Titarubi bersama tiga seniman Indonesia memang mewakili Indonesia dalam biennale yang bergengsi ini.
Ada pula video dan foto koreografi Melati Soeryodarmo yang berjudul Exergie-Butter Dance. Melati yang mengenakan rok hitam ketat dan sepatu merah menari di atas potongan-potongan butter. Berputar dan menari di potongan butter tentu saja sangat licin. Melati berupaya untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, tapi dia gagal, terjatuh, berusaha bangkit, dan terpeleset lagi.
Seniman Malaysia Nadiah Bamadhaj juga menyajikan karya yang hampir sama dengan Titarubi. Karya itu adalah lukisan arang yang berwujud kepala laki-laki seperti tokoh legenda Medusa, makhluk berambut ular, awan, dan tulang.
Ada pula karya Alvin Zafra, seniman Filipina yang juga menampilkan dua lukisan tokoh pahlawan negara ini, PepeJose Rizal dan Marcial Bonifacio. Sepintas, lukisan ini seperti lukisan arang, tapi lukisan ini dibentuk menggunakan butiran halus di kertas pasir gelap.
Seniman kondang Singapura, Jane Lee, memamerkan sebuah karya instalasi yang menempel di dinding berjudul Status. Karyanya boleh dikatakan sebagai campuran seni lukis, patung, dan instalasi. Cat merah darah dicipratkan ke dinding, membentuk sebuah frame kotak setinggi hampir 3 meteran. Di bagian bawah, seperti ada lipatan kawat yang pekat oleh cipratan cat. Atau, lihatlah juga karya Osang Gwon, seniman Korea, berwujud patung dengan potongan foto yang ditempel. Karya ini pernah dipamerkan di Indonesia beberapa waktu lalu.
DIAN YULIASTUTI