TEMPO.CO, Sidoarjo - Habis sudah kesabaran ratusan warga korban lumpur Lapindo di peta area terdampak. Dengan emosi meluap, mereka memblokir semua akses jalan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk melakukan kegiatan penanggulan, Ahad, 18 Mei 2014.
Aksi itu diprakarsasi Pejabat Sementara Kepala Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Subakrie. "Ayo, blokir semua jalannya," katanya kepada ratusan warga yang sejak pagi telah berkumpul di tanggul titik 25 di Renokenongo. (Baca: 100 Patung Manusia Warnai 8 Tahun Lumpur Lapindo)
Ratusan warga pun langsung beranjak ke titik 42 dengan mengendarai ratusan sepeda motor. Tiba di titik 42, mereka langsung menutup jalan. Di titik 42 itu terdapat pintu gerbang yang terbuat dari besi.
Warga menghalang-halangi gerbang itu dengan mesin pompa besar milik BPLS. Tak cukup dengan itu, pintu gerbang ukuran 1,5 meter itu masih diblokir lagi menggunakan dua anyaman bambu. Mesin pompa dan anyaman bambu itu lalu diikat kawat menjadi satu dengan pintu gerbang. "Diikat semuanya, biar tidak mudah dibuang," kata Subakrie.
Menurut Subakrie, pemblokiran itu akan dilakukan di semua akses masuk jalan BPLS. Penutupan akan dibuka lagi jika ganti rugi korban luapan lumpur di peta area terdampak sudah dilunasi. "Jika ada yang berani buka, nyawa taruhannya," katanya. (Baca: Dipaksa SBY Bayar, Lapindo: Tidak Bisa Segera)
Aksi ini merupakan bentuk kekesalan korban terhadap PT Minarak Lapindo Jaya dan pemerintah yang seakan menutup mata selama delapan tahun musibah berlangsung. "Kalau tidak ditutup seperti ini, pemerintah tidak akan memperhatikan kami," ujarnya.
Aksi warga dimulai dari titik 25, Desa Jatirejo, sebelum akhirnya bergeser ke titik 42 di Renokenongo. Mereka melanjutkan aksinya ke titik 4, Desa Basuki, yang dipakai sebagai tempat penyimpanan mesin pengeruk lumpur BPLS.
Di gudang itu terdapat dua mesin keruk besar dan beberapa peralatan penanggulan dan solar. Warga menutup pintu gudang tersebut dengan balok kayu dan beberapa meja. (Baca: Ical: Tak Ada Ganti Rugi di Lapindo)
Setelah itu, warga berjalan ke pintu gerbang utama di selatan area semburan lumpur dan menutupnya dengan mesin pompa besar mesin BPLS. Terakhir, mereka menutup pintu akses di Desa Siring, yang merupakan akses utama dari sisi barat. Hingga berita ini diturunkan, mereka masih berkumpul untuk melakukan aksi berikutnya. (Baca: Pastikan Lapindo Bayar, SBY Telepon Ketua MK)
MOHAMMAD SYARRAFAH
Terpopuler
Pro-Jokowi: Isu Puan Cawapres Adu Domba Politik
Gaya Komunikasi Wali Kota Surabaya Dikritik
Demokrat Ingin Ical Jadi King Maker, Bukan Capres
Dikeluhkan, AirAsia Tutup Rute Makassar-Bali
Tantri Kotak: Husein Masuk Grand Final Itu Kejutan