TEMPO.CO, Rangoon - Pejuang demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi menantang para petinggi militer untuk keluar dari institusi militernya jika ingin terlibat penuh dalam dunia politik. "Jika (pejabat militer) ingin terlibat dalam politik praktis, mari kita lakukan secara adil di hadapan publik. Mereka harusnya berhenti dari dunia militer," kata Suu Kyi di hadapan 15 ribu pendukungnya di lapangan Bo Sein Hman, distrik Bahan, Rangoon, Myanmar, Sabtu, 17 Mei 2014.
Pertemuan akbar yang baru pertama kali digelar oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dan 88 Generation sebagai bentuk dukungan terhadap amandemen konstitusi khususnya mencabut pasal tentang pemberian veto kepada militer dalam konstitusi yang berlaku selama ini. (Baca:Aung San Suu Kyi Ingin Jadi Presiden Myanmar)
"Militer mengatakan Myanmar mengarah pada negara demokrasi. Jika mereka sungguh-sungguh ingin mengubah jadi demokrasi, mengapa mereka menolak perubahan konstitusi?" ujar Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian.
Menurut Suu Kyi, keengganan militer melakukan amandemen konstitusi disebabkan beberapa pejabat tinggi militer Myanmar tidak percaya hubungan mereka dengan rakyatnya. Beberapa di antara mereka, ujarnya, juga khawatir atas masa depan mereka. Suu Kyi meminta militer tidak takut. "Mari bekerja sama untuk melakukan perubahan di negara kita," Suu Kyi menegaskan.
Untuk melakukan amandemen konstitusi, khususnya di Pasal 436 tentang pemberian veto ke militer, dibutuhkan dukungan lebih dari 75 persen suara di parlemen. Pasal ini, menurut Suu Kyi, akan menghambatnya maju dalam pemilihan presiden pada tahun 2015. (Baca:Myanmar Akan Permudah Suu Kyi Maju Capres)
Sebelumnya, Presiden Myanmar U Thein Sein mengingatkan publik untuk tidak melakukan kampanye untuk menuntut perubahan konstitusi karena akan menimbulkan ketidakstabilan dan kerusuhan. "Kerusuhan tidak memberikan kebaikan, rakyat akan menderita," ujar Thein Sein di Mandalay, 15 Mei 2014.
Namun, Suu Kyi menjawab peringatan Thein Sein bahwa ia melakukan perubahan dengan cara-cara damai selama ini. Peringatan Thein Sein, menurut dia, terkesan sebagai ancaman. "Namun saya percaya rakyat tidak takut menderita." (Baca:Suu Kyi: Iklim Ketakutan Muncul di Myanmar)
MYANMAR TIMES | IRRAWADDY | MARIA RITA HASUGIAN
Terpopuler:
Milisi Culik 10 Warga Cina di Kamerun
Afrika Barat Sepakat Perang Melawan Boko Haram
Apartemen 23 Lantai Roboh, Kim Jong-un Minta Maaf