TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Dutasari Citralaras Roni Wijaya mengaku diminta bosnya, Machfud Suroso, untuk mencari notaris. Tujuannya, kata dia, untuk mengubah akta perusahaan dan menghilangkan nama istri bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Atthiyah Laila dan Munadi Herlambang, sebagai komisaris PT Dutasari.
"Tujuannya agar mereka mundur dari PT Dutasari atau namanya dihilangkan di akta supaya tidak dikaitkan dengan Hambalang. Itu perkiraan saya," kata Roni saat bersaksi untuk terdakwa bekas Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin, 19 Mei 2014. (Baca: Agus Marto Ogah Ungkap Isi Audit Hambalang)
Pengakuan Roni bermula ketika penasihat hukum Andi, Luhut Pangaribuan, menanyakan maksud Roni di dokumen pemeriksaan mengenai maksud dari mundurnya Atthiyah dan Munadi untuk menghilangkan jejak di kasus Hambalang.
PT Dutasari merupakan subkontraktor dari konsorsium Adhi Karya-Wika yang menerima aliran dana hingga Rp 62 miliar. Saat itu, ujar dia, Machfud tidak menjelaskan tujuan menghilangkan nama Atthiyah dan Munadi. "Saya memang disuruh mencari kira-kira ada atau tidak notaris yang bisa membuat mundur," kata Roni. (Baca:Menantu Sudi Minta PT PP Diloloskan dalam Proyek Hambalang)
Tak hanya itu, menurut Roni, Machfud juga memintanya untuk mengakui bahwa dia menerima duit dari KSO Adhi-Wika. Padahal, duit itu sama sekali tidak masuk ke rekening Dutasari.
"Pengeluaran dari Adhi Karya, diminta mengakui pembayaran untuk Dutasari, padahal bukan. Totalnya ada Rp 10 miliar," ujarnya. Dia tidak mengetahui ke mana saja duit itu mengalir. Soalnya, seluruh pembayaran ke Dutasari dari Wika ditransfer ke rekening Machfud terlebih dulu baru ke rekening perusahaan.
Sebelumnya, dalam kesaksian pekan lalu untuk terdakwa Manajer Operasional PT Adhi Karya Teuku Bagus Mokhamad Noor, M. Nazaruddin menyebutkan Dutasari merupakan kantong bisnis milik Anas Urbaningrum. Dia mengatakan perusahaan itu untuk menadah duit Anas dari berbagai proyek ijon DPR yang nantinya digunakan untuk pendanaan maju sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres di Bandung pada 2010 lalu. (Baca:Sidang Hambalang, Nazaruddin Diduga Terima Rp 10 M)
LINDA TRIANITA
Terpopuler:
Pelajar di Australia Khawatirkan Program Purifikasi Prabowo
Ayo Main Kubus Rubik di Google Doodle
Anak Buah Hilang, Ini Kata Tomy Winata