TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hingga April 2014 telah mencapai 15 juta kiloliter. Jero memperkirakan, dengan realisasi ini, kuota BBM bersubsidi 48 juta kiloliter hingga akhir tahun masih mencukupi.
“Realisasi tahun ini sampai April 15 juta kiloliter. Kalau dikalikan tiga, berarti 45 juta kiloliter. Kalau lihat ini, kok, kayaknya aman,” kata Jero di Jakarta, Rabu, 21 Mei 2014.
Meski dari sisi volume diperkirakan aman, Jero mengatakan, tidak demikian dari sisi anggaran. Hingga akhir April 2014, total subsidi BBM telah mencapai Rp 78,3 triliun. Padahal anggaran subsidi BBM tahun ini hanya dialokasikan Rp 210,73 triliun. “Kalau dikali tiga, memang hasilnya lebih tinggi.”
Jero menambahkan, untuk mengatasi defisit anggaran ini, pemerintah berencana mengurangi belanja di kementerian. Di antaranya dengan menunda pengadaan kendaraan dinas baru, penundaan pembangunan gedung pemerintah, dan mengurangi perjalanan dinas serta rapat di hotel.
Alternatif lain yang sempat dipertimbangkan, menurut Jero, misalnya mengurangi penggunaan BBM dengan tak melayani penjualan BBM bersubsidi pada hari libur dan akhir pekan. Namun cara ini diakui Jero juga tak mudah. Sedangkan peluang untuk menekan defisit lewat pengurangan subsidi bahan bakar minyak, menurut dia, masih tertutup rapat.
“Semua jalan sulit. Menaikkan BBM juga enggak pas sekarang. Enggaklah, tinggal lima bulan, kok,” kata Jero.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Edy Hermantoro mengatakan pembahasan pengurangan anggaran akan dilakukan dengan Badan Anggaran DPR. Namun pembangunan infrastruktur gas tetap menjadi prioritas Kementerian Energi.
“Intinya, kan, di masalah subsidi BBM. Kalau bisa membangun jaringan gas, kan, bagus untuk mengurangi subsidi,” kata Edy.
Edy mengatakan pembangunan infrastruktur gas tetap menjadi prioritas, tetapi bisa saja pembangunan yang dilakukan disesuaikan dengan anggaran yang tersisa. Salah satu proyek yang bisa ditunda dari Ditjen Migas misalnya pembangunan depot BBM di Mamugu, Papua, senilai Rp 200 miliar.
“Pembangunan depot BBM di Mamugu senilai Rp 200 miliar kita sesuaikan. Berarti tendernya mundur karena masih mungkin dibintangi. Lagi pula masih menunggu pembebasan lahan dan pembangunan dermaga kecil yang dilakukan kementerian lain,” kata Edy.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE
Berita Terpopuler:
Sampoerna Beralih ke Kretek Mesin, CT Anggap Wajar
30 Persen Obat yang Beredar di Asia Tenggara Palsu
Menkop Targetkan 2 Tahun Salip Malaysia di MEA
Siasat Pabrik Rokok Agar Tak Ada PHK