TEMPO.CO, Jakarta: UN Office on Drugs and Crime (UNODC) mengkhawatirkan adanya peningkatan permintaan sabu di Asia. Sebab, permintaan sabu di Asia dan zat psikoaktif jenis baru dapat dipenuhi produsen skala besar yang berbasis di sekitar Tiongkok.
"Yaitu di Myanmar dan Filipina," tulis keterangan resmi UNODC yang diterima Tempo, Selasa, 20 Mei 2014.
UNODC juga mengkhawatirkan sindikat kriminal dari Meksiko, Timur Tengah, Asia Selatan serta Barat, dan Afrika Barat, yang terus meningkatkan ekspansinya hingga ke Asia Timur dan Asia Tenggara. Oceania pun tak luput dari ekspansi mereka.
"Rute pasokan internasional baru ke Asia dari Amerika dan Afrika Barat telah muncul dan melengkapi produksi sabu di Asia," ujar Justice Tettey, Kepala Unit Laboratorium dan Sains UNODC.
Afrika Barat, kata Justice, menjadi sumber perdagangan sabu ke Eropa Timur dan Asia Tenggara. "Turki menjadi titik transit untuk penyelundupan sabu dari Asia Barat ke Timur dan Asia Tenggara," kata Justice.
Penyebaran sabu di sepanjang Asia difasilitasi oleh integrasi regional dan mengarah ke mobilisasi obat sintetis ini. Alhasil, sabu dapat diproduksi di mana pun. Situasi ini memunculkan tantangan bagi sistem peradilan pidana dan penyedia layanan kesehatan masyarakat, terutama negara dengan populasi kelompok usia muda yang besar.
"Obat-obatan sintetis ini, terutama sabu dan zat psikoaktif jenis baru memberi dampak yang sangat besar bagi polisi, pengadilan, penjara, dan sistem layanan kesehatan di semua negara di kawasan regional ini," kata Jeremy Douglas, Perwakilan UNODC di Asia Tenggara dan Pasifik.
SINGGIH SOARES
Berita Terpopuler:
Aburizal Terima Tawaran Menteri Utama dari Prabowo
Merchandise Beracun Piala Dunia Ada di Indonesia
Pengamat: Hanya Dua Poros Capres, Jokowi Untung
Chairul Tanjung Larang Pembelian Kendaraan Dinas
Sperma Tertua di Dunia Ditemukan di Australia