TEMPO.CO, Jakarta -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golongan Karya, Lalu Mara Satria Wangsa, mengatakan partainya tetap solid menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden tahun ini. Dia menegaskan tidak ada perpecahan dalam kubu Golkar terkait pencalonan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden Joko Widodo di kubu PDI Perjuangan. "Kader Golkar tahu dengan keputusan partai dan taat asas," kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 21 Mei 2014.
Menurut dia, perbedaan pendapat di tubuh Golkar merupakan hal wajar. Lalu Mara mengatakan perbedaan pendapat kader sudah difasilitasi melalui mekanisme Rapat Pimpinan Nasional Golkar pada Minggu, 18 Mei 2014. "Jika keputusan sudah diambil, maka kita harus ikuti," katanya.
Rapat pimpinan partai beringin ini memberikan mandat kepada Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie untuk menentukan arah koalisi. Aburizal telah mendukung calon presiden dan wakil presiden yang diusung poros Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Namun, sejumlah kader Golkar justru mendukung calon presiden dari kubu PDI Perjuangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Kondisi itu juga diperparah dengan adanya kader Golkar yang juga menjadi Wakil Dewan Pertimbangan Agung, Jenderal TNI Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan, yang memberikan dukungan bagi pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dukungan tersebut dia sampaikan pada acara konferensi pers yang digelar di Wisma Bakrie 2, Jalan H.R. Rasuna Said, Kav. B-1, Karet, Jakarta Selatan, pada Selasa, 20 Mei 2014. "Jokowi itu tidak bisa didikte," ujar Luhut.
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Burhanudin Muhtadi, mengatakan perpecahan di kubu Golkar tak bisa dihindari ketika Jokowi menggandeng Jusuf Kalla yang merupakan mantan Ketua Umum Golkar. Menurut dia, perpecahan di Golkar terjadi di level elite dan basis massa. "JK cukup berpengaruh di Indonesia Timur," ujarnya.
GANGSAR PARIKESIT