TEMPO.CO, Surabaya - Seratusan orang dari beberapa elemen masyarakat di Kota Surabaya, antara lain Ikatan Keluarga Madura, Gerakan Arek Suroboyo, dan Pemuda Pancasila, mendatangi Balai Kota Surabaya untuk mendukung langkah Wali Kota Tri Rismaharini menutup lokalisasi prostitusi Dolly pada 19 Juni 2014.
Koordinator aksi, Mat Mochtar, mengatakan dukungan moral kepada Risma penting, mengingat tensi menjelang penutupan Dolly semakin tinggi. Senin lalu, misalnya, ratusan pekerja seks komersial, mucikari, warga sekitar Dolly, buruh, dan mahasiswa menggelar unjuk rasa di kantor Kelurahan Putat Jaya untuk menolak penutupan. (Baca: Penutupan Gang Dolly Ditentang PSK dan Warga)
Mochtar mengatakan sebagian besar warga Surabaya menginginkan Dolly ditutup. "Kami warga Surabaya tidak ingin mendapat predikat Kota Surabaya sebagai kota yang mempunyai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara," ujarnya, Kamis, 22 Mei 2014.
Dalam aksinya, massa membawa poster bertuliskan "Tutup Dolly dan Jarak Selamanya" dan "Demi Generasi Penerus, Dolly-Jarak Harus Ditutup". Aksi dukungan moral itu langsung direspons oleh Risma. (Baca: Warga Sekitar Dolly Sebut Risma Pembohong)
Kepada massa, Risma mengatakan berterima kasih telah diberi amanah dan dukungan moral. Risma meminta massa pro-penutupan Dolly bisa menjaga kondisi Kota Surabaya tetap aman dan kondusif. "Saya tidak ingin ada korban dalam penutupan itu," kata Risma.
Mendekati waktu penutupan Dolly, Risma mengaku lebih banyak diam. Dia ingin menjaga situasi dan kondisi tetap terkendali lantaran rencana penutupan sudah disusun matang. Risma menegaskan, penutupan Dolly tetap berlangsung sesuai dengan jadwal. "Saya tidak ingin karena omongan saya lalu ada korban," katanya. (Baca: Soal Dolly, Soekarwo Minta Risma Berdialog)
DIANANTA P. SUMEDI
Terpopuler
Jika Terpilih, Prabowo Boleh Masuk Amerika Serikat
Dilaporkan ke Polisi, Ahok Tantang Balik Udar
Wisnu Tjandra Hilang, Tomy Winata Belum Diperiksa
Malaysia Hentikan Pembangunan Mercusuar di Tanjung Datu