TEMPO.CO, Jakarta - Pada April 2014, pusat kebugaran Fitness First melakukan survei terhadap 3.000 responden yang tinggal di kawasan Asia Tenggara, termasuk Jakarta. Hasilnya, 89 persen warga Jakarta percaya diri bahwa tubuhnya bugar. Padahal, dari survei yang sama, sekitar 54 persen penduduk Ibu Kota yang beresolusi hidup bugar di awal tahun ternyata gagal di tengah jalan.
"Pertanyaan pasien yang datang kepada saya, rata-rata sama, mereka yakin dirinya sehat, tapi jarang olahraga," ujar dokter spesialis olahraga, Zaini K. Saragih, di acara rebranding Fitness First, Selasa, 20 Mei 2014.
Pasen-pasien tersebut merasa yakin tubuhnya bugar karena hasil general check-up menunjukkan tidak ada masalah yang berarti. Menurut Zaini, hasil laboratorium tersebut perlu dibuktikan dengan uji sederhana. "Coba deh kejar anak sendiri ketika bermain, ngos-ngosan enggak, coba naik tangga daripada naik lift, nafasnya tersengal tidak?" kata dia.
Sehat, menurut Zaini, adalah dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa ada hambatan apa pun. Untuk tetap sehat, maka perlu menjalankan hidup yang aktif, dengan hidup alami (konsumsi dan istirahat yang benar) dan berolahraga. Olahraga tidak perlu lama, asal rutin. Yang penting kata dia, memenuhi konsep frekuensi, intensitas, waktu, dan tipe.
Misalnya untuk tipe olahraga aerobik, bisa dilakukan tiga-tujuh kali sepekan selama 30-60 menit tiap sesi. Nah, untuk mengetahui bahwa kita berolahraga dengan benar, maka perlu ada intensitas yang diukur dengan 50-90 persen target denyut maksimal.
Menurut psikolog yang acap menangani atlet, Monty Setiadarma, sasaran olahraga penting untuk menjaga komitmen. "Karena perilaku disiplin biasanya dilakukan dengan intensitas," ujar dia. Dengan membuat target, maka kemalasan dalam berolahraga bisa dikurangi. Adanya pencapaian target, konsistensi, dan kemajuan, kata dia, "Membuat orang bersemangat olahraga."
DIANING SARI
Terpopuler
Dilaporkan ke Polisi, Ahok Tantang Balik Udar
Jupe Pengin Jadi Istri Prabowo
Jaksa Ini Beri Fasilitas Seks Kepada Terdakwa