TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Joko Widodo mengawali kegiatannya dengan menyambangi Pengurus Pusat Persatuan Guru Republik Indonesia. Sekitar pukul 08.00, Jokowi datang ke kantor PGRI di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Mengenakan baju koko berwarna putih dipadu selendang kotak-kotak warna merah muda, ia mendengarkan pemaparan tentang dunia pendidikan yang disampaikan pengurus PGRI.
Dalam sambutannya, Jokowi menekankan tentang pentingnya pendidikan. Menurut dia, dalam membangun negara, pendidikan harus tetap nomor satu.
Ia mencontohkan ketika Jerman dan Jepang jatuh saat kalah perang dunia kedua, yang mereka cari adalah guru. "Guru berkualitas untuk membangun manusia yang bagus," kata Jokowi, Jumat, 23 Mei 2014.
Ia mengklarifikasi isu yang menyatakan bahwa bila dirinya terpilih menjadi presiden maka sertifikasi guru tidak dilanjutkan. "Waduh itu tidak benar. Sertifikasi tetap ada," ujar Jokowi. (baca: Janji Jokowi di Hari Pendidikan Nasional)
Jokowi lantas memaparkan soal pentingnya pelajaran budi pekerti di sekolah. Menurut dia, untuk tingkat sekolah dasar, seharusnya porsi pendidikan budi pekerti 80 persen. Sisanya ilmu pengetahuan. Baru ketika tingkat sekolah menengah atas, porsinya menjadi terbalik.
Ia juga menyatakan harus ada sinergi antara guru dan orang tua. Selama ini ia melihat peran orang tua relatif minim. "Orang tua datang ke sekolah cuma pas bagi rapor saja. Seharusnya lebih intensif," katanya.
Ketua PGRI Sulistyo mengapresiasi terobosan Jokowi dalam dunia pendidikan. Bahkan, ia menilai mantan Wali Kota Solo itu sangat peduli terhadap guru. "Beliau ini selalu mendengarkan guru sebelum mengeluarkan kebijakan," ucapnya.
ERWAN HERMAWAN