Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tenun Dilirik untuk Tas Etnik

Editor

Isma Savitri

image-gnews
Wisatawan belajar menenun kain ikat dengan alat tenun tradisional. TEMPO/ Nita Dian
Wisatawan belajar menenun kain ikat dengan alat tenun tradisional. TEMPO/ Nita Dian
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai salah satu tekstil khas Indonesia, tenun belum banyak digali dibandingkan batik. Lungsin adalah nama dagang aksesoris yang bertujuan mengeksplorasi berbagai macam jenis tenun. Lungsin sendiri berarti benang pakan yang digunakan untuk tenun. “Saat kami mulai berjualan masih ada saja yang mengira kalau tenun itu rajutan,” ujar Eksekutif Pemasaran Lungsin, Isti Paramesti, 22 tahun, kepada Tempo.

Dibentuk pada 2012 oleh Aulia Rusdi, awalnya Lungsin hanya membuat produk untuk para perempuan paruh baya. Karena ingin mengembangkan bisnisnya, Aulia menggandeng sejumlah kawan untuk ikut serta dalam manajemen produk ini. Selain Isti, ada empat orang lagi yang terlibat dalam manajemen Lungsin. Mereka antara lain, Andreas Bramantyo, Andriani, Debby Rachmanda Munadi, dan M. Said Ramadhan, dari Prasetya Mulya Business School.

Lungsin menawarkan produk berupa tas dengan aplikasi tenun, ataupun dompet koin serta kotak makan siang dari tenun. Selain itu, ada pula clutch—tas tangan kecil yang dibuat dari bermacam tenun. Mulai dari songket Palembang, hingga ulos disulap menjadi clutch. Hingga kini, ada lebih dari sepuluh jenis tenun yang diperkenalkan melalui produk-produk Lungsin.

Lalu, apakah mereka tidak sayang memotong kain-kain itu? “Kami yakin tenun bisa menjadi barang yang lebih menarik lagi dan bisa dipakai kapan pun, untuk itu kami tidak terlalu sayang memotongnya,” ujar gadis 22 tahun itu. Menurut Isti, memadukan produk tas dengan tenun juga bukan perkara mudah. Sebab, mereka harus menemukan kombinasi kain yang pas.

Ini berarti, songket Palembang belum tentu cocok untuk dijahit di tas tangan dibandingkan tenun dari Nusa Tenggara Timur. Selain mengeksplorasi tenun, Lungsin juga bermain dengan bentuk dan desain tas yang mereka rancang sendiri. Lini produk Lungsin pun akan merambah berbagai macam aksesoris atau barang tepat guna, seperti buku tulis.

Buku-buku tulis kecil itu dilapisi dengan potongan kain tenun yang menjadi kulit buku. Tenun yang mereka pakai adalah tenun baduy dengan beragam palet. Mulai dari warna biru, merah, kuning, ungu, ataupun fuschia. Ada juga tas tangan tanpa tali yang bisa dikempit di ketiak. Musababnya, kata Isti, mereka ingin produknya juga bisa digunakan oleh mereka yang berusia lebih muda.Itu sebabnya, produknya tidak melulu clutch.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dua tahun didirikan, produk Lungsin banyak digunakan oleh kalangan sosialita ataupun eksekutif muda. “Pemakai produk Lungsin adalah para perempuan yang mengikuti mode, serta lebih melihat kualitas dibandingkan harga produk,” ujar Isti.

Namun, tidak semua orang setuju dengan langkah Lungsin memotong kain tenun untuk digunakan menjadi aplikasi aksesoris belaka. Alasannya, ada perjalanan panjang dan nilai-nilai tertentu di balik sebuah kain tenun ataupun batik. Menggunting sebuah kain dengan sembarangan, bisa dianggap sebagai 'pemerkosaan' terhadap nilai-nilai di balik kain itu.

Itulah mengapa sebuah kain tidak bisa dipotong secara serampangan. “Karena ada cerita dan filosofi tertentu di dalamnya, saya sendiri tidak berani memotong kain,” ujar Era. Lungsin memilij berhati-hati dalam memotong kain tenun yang mereka gunakan. Biasanya, mereka mengambil motif tertentu dari setiap kain tenun untuk dijahit dan ditempel sedemikian rupa pada bagian permukaan tas. 

SUBKHAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

19 jam lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

8 hari lalu

Seorang gadis dengan blus ala boho chic menghadiri Coachella Valley Music & Arts Festival 2016, di Indio, California.  Matt Cowan/Getty Images for Coachella
Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.


Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

13 hari lalu

Victoria Beckham. Instagram.com/@victoriabeckham
Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion


Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

17 hari lalu

Terdakwa kasus pencemaran nama baik, Ahmad Dhani mengenakan peci hitam saat menjalani sidang lanjutan di PN Surabaya, Selasa, 12 Februari 2019. Saat ini Dhani sedang menjalani sidang atas kasus yang terjadi di Surabaya. ANTARA/HO/Ali Masduki
Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

29 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

46 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.


Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 03,  Ganjar Pranowo-Mahfud MD tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memutuskan untuk mengenakan jaket universitas alias jaket varsity dalam debat capres kelima.