TEMPO.CO, Jakarta – Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema akan kembali menjalankan tugas di Canberra pekan depan. Menurut mantan Duta Besar Indonesia di Brussel itu, aktivitasnya sebagai duta besar kembali normal lantaran kedua negara telah menunjukkan upaya dan niat yang baik untuk memulihkan hubungan.
Enam bulan lalu, Nadjib dipanggil pulang sebagai pemerintah atas skandal penyadapan yang dilakukan Australia terhadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ibu negara Ani Yudhoyono, dan sejumlah menteri pada 2009. (Baca: Dubes RI di Australia Pulang Bawa Koper Besar)
Sepekan berikutnya, tepatnya pada 26 November 2013, Presiden menyampaikan enam poin syarat kepada pemerintah Australia agar hubungan kedua negara kembali membaik.
Berikut percakapan Tempo dengan duta besar kelahiran Medan, 23 Maret 1953 di sela-sela sarapan pagi di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat, 23 Mei 2014.
Kapan Bapak akan kembali ke Canberra?
Saya akan mulai beraktivitas minggu depan.
Apakah itu berarti ada perbaikan hubungan antara Indonesia dan Australia?
Sebetulnya perbaikan hubungan itu adalah upaya dari kedua belah pihak. Saya rasa, presiden dan menteri luar negeri juga sudah melihat ada upaya dari kedua belah pihak, termasuk dari pihak Australia untuk memperbaiki hubungan. (Baca: Australia Janji Tak Sakiti Indonesia Lagi)
Kita segera akan membahas lebih mendalam, draf-draf perjanjian yang akan kita buat. Saya rasa ini juga merupakan salah satu langkah yang penting bagi saya untuk berada di sana. Saya bisa memperhatikan dan ikut serta dalam memberikan masukan-masukan bagi negara kita.
Jadi syarat kode etik yang disampaikan enam poin dari Bapak Presiden sudah selesai?
Saya tidak bilang sudah selesai, tapi bahwa itu sedang kita kerjakan dengan betul-betul seksama. (Baca: 6 Respons SBY terhadap Surat Balasan Abbott)
Sesampainya di Canberra apa yang pertama kali Bapak akan kerjakan?
Saya tentu akan bertemu teman-teman dari KBRI, ngobrol, rapat, dan kemudian menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Pejabat Australia yang akan ditemui?
Minggu depan saya akan menemui pejabat yang paling berwenang di Departemen Foreign Affairs. Kemudian juga kemungkinan bertemu dengan pejabat-pejabat
Selama enam bulan, banyak PR yang tidak dikerjakan?
Semua bisa saya kendalikan dari sini. Dengan modern teknologi sekarang, saya bisa melakukan misalnya video conference dari waktu ke waktu. Kita juga bisa melakukan telepon konsultasi hampir tiap hari. Dalam satu hari bisa lebih dari satu kali. Hal-hal yang rutin dilakukan oleh pejabat pengganti saya yaitu kuasa usaha.
NATALIA SANTI
Terpopuler
Jadi Menteri Agama, Kekayaan Suryadharma Melonjak
Jessica Hamil, Melaney Ricardo Ucapkan Selamat
Harta Pristono Rp 26 Miliar Berasal dari Mertua