TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, memantau aktivitas Gunung Semeru dengan mengunjungi Pos Pemantauan Gunung Api Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jumat, 23 Mei 2014. Syamsul mendapat laporan bahwa status Semeru kini berada di level waspada.
"Menurut Pusat Vulkanologi, yang rawan adalah awan panas. Semeru ini mirip Merapi kendati perilakunya berbeda," kata Syamsul di Pos Sawur. Gunung Semeru mengeluarkan awan panas serta lahar hujan atau lahar dingin. Jika terus mengeluarkan hembusan serta letusan rutin justru semakin baik. "Supaya tidak terjadi penumpukan energi yang ketika erupsi tidak mengakibatkan dampak yang lebih besar."
Mengantisipasi dampak erupsi besar Semeru, BNPB dan pemerintah daerah membuat rencana kontijensi operasi. Sosialisasi sudah dilakukan di level waspada. Warga dilarang beraktivitas di zona-zona tertentu di kaki Gunung Semeru. "Ada radius merah, kuning, dan hijau," kata Syamsul. BNPB akan menyiapkan tempat-tempat evakuasi seandainya terjadi erupsi besar.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Gunung Semeru, Suparno, mengatakan bahwa awan panas Gunung Semeru mirip Merapi. "Di Semeru ada hembusan rutin setiap 25 menit sekali dan mengeluarkan pasir halus."
Namun, tidak ada peningkatan aktivitas secara simultan. Secara visual ketinggian asap sekitar 400 meter dari puncak Semeru dianggap masih normal.
Sejauh ini belum ada guguran awan panas. "Awan panas itu prosesnya panjang." Biasanya sebelum awan panas akan muncul gempa tremor harmonik lebih dulu. Baru kemudian muncul kubah lava dan ada longsoran material. Tapi ini belum ada.
DAVID PRIYASIDHARTA