TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, nampaknya belum puas atas angka defisit neraca pembayaran. Meski dilihat dari angka defisit tersebut turun, tapi besarannya belum signifikan."Kita sudah baik tapi belum terlalu baik, jangan merasa itu sudah sangat baik," katanya di Bank Indonesia, Senin, 26 Mei 2014.
Ia mengaku sangat kecewa dengan defisit dari neraca jasa yang seharusnya bisa lebih ditekan. "Paling menyakitkan kita punya transaksi income dan services. Tapi satu tahun tidak kurang dari Rp 35 miliar defisit hanya karena urusan asuransi, repatriasi keuntungan," ucapnya. (Baca: Impor Barang Bantu Penurunan Defisit Transaksi Berjalan)
Ia mencontohkan neraca jasa Filipina yang bisa lebih baik dari Indonesia. Padahal negara tersebut memiliki kesamaan karakteristik dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. "Mereka neraca services positif US$ 10 Miliar,” tuturnya. Artinya, kata Agus, tenaga kerja asal Filipina yang dikirim ke luar negeri betul-betul bernilai tambah. (Baca: Cina Melambat, Neraca Perdagangan Indonesia Minus)
Oleh karena itu ia berharap pada tahun ini pemerintah dan setiap pemangku kebijakan bisa bekerja lebih keras. Disisi neraca perdagangan misalnya, walau sudah surplus namun perlu dipelihara keseimbangannya. "Mohon diyakinkan positif berkelanjutan," katanya
Sebelumnya, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2014 mengalami penurunan sebesar US$ 0,1 miliar."Defisit transaksi berjalan turun dari US$ 4,3 miliar pada triwulan IV 2013, menjadi US$ 4,2 miliar pada triwulan I 2014," katanya beberapa waktu lalu.
Peter mengatakan defisit neraca berjalan turun menjadi 2,06 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan I 2014 dari yang sebelumnya berada pada posisi 2,12 persen dari PDB pada triwulan IV 2013.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan ini, menurut Peter, bersumber dari penurunan impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. Adapun impor nonmigas masih terkontraksi mengikuti moderasi permintaan domestik seperti yang terlihat dari penurunan impor bahan baku dan barang modal.
ANANDA PUTRI
Berita lain:
Lebaran, Saham Emiten Retail Prospektif
Anggaran Dipotong, Jero Tunda Pembangunan Gedung
Ribuan Tiket Kereta Api Belum Dicetak