TEMPO.CO, Sidoarjo - Memperingati delapan tahun tragedi semburan lumpur Lapindo, para seniman tidak puas hanya dengan mengusung 110 patung di lumpur Lapindo, mereka juga menancapkan tangan-tangan harapan di lumpur titik 21 Desa Siring Porong.
Para seniman dari komunitas Taring Padi dari Yogyakarta melakukan aksi teatrikal disertai tabuan genderang. Atraksi berupa tarian yang dibawakan lima seniman itu bertema “Tangan-Tangan Harapan”. “Sebanyak 150 tangan harapan telah kami tancapkan,” kata Muhammad Yusuf, kordinator aksi, Rabu, 28 Mei 2014. (Baca: 110 Patung Lumpur Lapindo Muncul di Tanggul Siring)
Seniman yang sering dipanggil Ucup Baik itu menjelaskan tangan harapan yang ditancapkan ke lumpur Lapindo diberi kain putih bertuliskan berbagai macam harapan, kecaman, dan kutukan kepada perusahaan Minarak Lapindo Jaya maupun pemerintah dalam menangani ganti rugi kepada korban lumpur Lapindo. “Harapan itu berasal dari korban lumpur, namun kami yang menuliskan dalam kain itu,” kata dia. (Baca: Buku Antologi Puisi 8 Tahun Lapindo Diluncurkan)
Di antara tulisan kain itu berbunyi “Pemerintah harus segera melunasi ganti rugi”, “Semoga presiden selanjutnya lebih peduli korban Lapindo”, “Pemerintah desak Lapindo untuk bayar ganti rugi” dan berbagai tulisan lainnya yang diletakan di pergelangan tangan.
Supaya tidak terkesan main-main, kata dia, seusai menancapkan tangan harapan itu mereka menaburkan bunga di sekeliling 150 tangan harapan, sehingga lumpur yang berwarna cokelat itu dipenuhi bunga-bunga harum. “Ini simbol bahwa atraksi kami sangat sakral,” kata dia.
Ucup berharap seluruh antraksi yang dilakukan pada peringatan delapan tahun luapan lumpur Lapindo itu dapat direspons oleh pemerintah dan perusahaan agar segera melunasi ganti rugi yang masih menunggak sampai delapan tahun ini. “Semoga ada etikad baik dari mereka untuk menuntaskannya,” kata dia.
Pantauan Tempo, tangan-tangan harapan itu ditancapkan di sebelah selatan patung manusia lumpur tepat di belakang monument lumpur Lapindo. Tangan harapan itu terbuat dari kardus yang diikat dengan bambu di belakangnya. Bambu itu dibuat lebih panjang untuk menancapkan ke lumpur Lapindo yang masih tergenang air, sehingga para seniman yang menancapkan tangan itu kakinya berlumuran lumpur cokelat.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Berita Terpopuler
Chairul Tanjung Emoh Ajak Pejabat Naik Pesawatnya
Punya Rp 46 T, Chairul Tanjung Belum Lapor ke KPK
Agung Laksono Gantikan Suryadharma Ali
Kerapatan Layar LG G3 Mencapai 538 Piksel
Deddy Mizwar Pilih Prabowo-Hatta