TEMPO.CO, Bandung - Calon wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan hanya orang berpengalaman dan jujur yang bisa mendapat simpati masyarakat negeri. Simpati kepada seseorang tak bisa diperoleh dengan amarah. "Tidak dengan marah-marah, tidak dengan lempar-lempar," kata Kalla saat pidato deklarasi tim pemenangannya di Gedung Olahraga Citra Arena, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 29 Mei 2014. (Baca: Kritik Prabowo, JK: Negara Jangan Jadi Uji Coba)
Pernyataan Kalla itu disambut tepuk tangan sekitar seribuan orang yang hadir dalam deklarasi tersebut. Kalla menegaskan, jika menang, pemerintahannya ke depan tak akan mengedepankan kekerasan, seperti pemerintahan masa lalu. Kekerasan bukan langkah tepat untuk menyatukan masyarakat. "Kami tidak mau main tangkap-tangkap dan culik-menculik," ujar Kalla.
Kalla merujuk pada peristiwa Mei 1998. Menjelang kejatuhan Presiden Soeharto, 13 aktivis prodemokrasi menjadi korban penculikan. Penculikan itu kemudian menjadi kasus pelanggaran hak asasi manusia. Hingga kini, tokoh kunci kejadian ini masih belum terungkap. (Baca: Program HAM, Prabowo Tak Singgung Kasus Masa Lalu)
Menurut Kalla, masyarakat membutuhkan perubahan dari pemimpin-pemimpin berpengalaman, jujur, dan baik. Karena itu, dia berjanji tetap memegang prinsip tersebut bila terpilih menjadi wakil presiden. "Kami tidak ingin berbuat salah, serta (kami ingin) menjujung kemajuan dan kemakmuran bangsa," kata Kalla.
TRI SUHARMAN
Berita Terpopuler
Punya Rp 46 T, Chairul Tanjung Belum Lapor ke KPK
Agung Laksono Gantikan Suryadharma Ali
Deddy Mizwar Pilih Prabowo-Hatta