TEMPO.CO, Malang - Pabrik rokok kretek di Malang mulai rontok. Semula 387 pabrik mempekerjakan 200 ribu buruh, sejak lima tahun terakhir hanya tersisa 70 pabrik dengan 25 ribu buruh. Sedangkan yang sehat hanya 40 pabrik, selebihnya kembang-kempis.
"Usaha rokok ambruk akibat kenaikan cukai," kata Sekretaris Jenderal Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) Suharjo di Malang, Jumat, 30 Mei 2014. Selain itu, sejumlah regulasi pemerintah juga lambat laun mematikan pabrik rokok kecil. (Baca: Siasat Pabrik Rokok Agar Tak Ada PHK)
Selain kenaikan cukai, pergeseran minat perokok juga turut andil terhadap matinya pabrik rokok kretek. Sebagian perokok mulai meninggalkan rokok kretek. Harga bahan baku, seperti tembakau dan cengkeh, juga terus melonjak. Pabrik rokok yang sebagian besar bermodal cekak akhirnya gulung tikar.
Industri yang tersisa juga harus bertahan dalam ketatnya persaingan. Apalagi, sejumlah pabrik rokok besar juga mendirikan pabrik skala menengah dan kecil. Dampaknya, pabrik rokok kecil semakin tergencet. (Baca: Rokok SKT di Jawa Timur Masih Bertahan)
Pemerintah Kota Malang sendiri telah menyiapkan kawasan industri pengolahan tembakau. Disiapkan lahan seluas 64 hektare untuk menampung pabrik rokok di Kota Malang. "Disediakan kawasan khusus untuk memudahkan pengolahan dan penyediaan bahan baku," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni. (Baca: Korban PHK Sampoerna Telanjur Kredit Sepeda Motor)
EKO WIDIANTO
Berita Terpopuler:
Dengar Prabowo Punya Pacar, Jupe: Masih Ngantuk
Ini Isi Karung yang Bikin KRL Anjlok di Kemayoran
Jokowi Dihadiahi Segenggam Lumpur Lapindo
Keponakan Bicara Soal Pacar Prabowo