TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar Temu Kreasi Dalang Muda Indonesia pada 28-29 Mei 2014 di Kota Tua, Jakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu atraksi wisata di Kota Tua, Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), yang mempertemukan seniman muda pedalangan kreatif dan inovatif untuk bertukar pengalaman dalam pengembangan seni pedalangan.
Menurut Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya (EKSB) Prof Dr Ahman Sya, pewarisan dan pengenalan seni tradisi wayang ini perlu dilakukan terus-menerus dalam membangun karakter, jati diri, dan watak bangsa. Terlebih lagi wayang Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai “A Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Ia berharap pemerintah daerah dan organisasi peduli seni pedalangan, seperti Senawangi, Pepadi (Persatuan Dalang se-Indonesia), dan Museum Wayang, bekerja sama dan berperan aktif dalam upaya pelestarian wayang dan pengembangannya.
Banyak dalang muda Indonesia kreatif dan inovatif mengembangkan seni pedalangan. Kekhasan dan keunikan tradisi wayang yang memiliki nilai, norma, dan fungsi, baik bagi masyarakat pendukungnya maupun masyarakat secara umum, dijadikan sumber inspirasi dalam kreativitas mereka. (Baca: Sensasi Lima Dalang Wayang Golek Pesisiran)
"Para dalang ini menjadi agen perubahan yang menjalankan fungsi pelestarian, konservasi, pendidikan, dan diplomasi," kata Ahman Sya. Menurut dia, dari hasil survei Pepadi, didapat angka pada 2013 bahwa jumlah dalang Indonesia hanya 1.300 orang. "Ini termasuk dalang yang pensiun dan hanya menjalankan kegiatan sesekali," katanya.
Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Juju Masunah mengatakan, ”Pertunjukan wayang bukan saja peristiwa kesenian semata, tetapi alat pendidikan yang ampuh pada masa lalu. Karakter-karakter wayang dan perilakunya, baik dan buruk, yang dibungkus oleh sebuah cerita pewayangan dimainkan oleh seorang dalang, merupakan pendidikan nilai dan karakter bagi masyarakat,” katanya.
Yang tampil dalam kegiatan ini adalah Wayang Wahyu (Solo), cerita tentang Yesus Kristus; wayang Potehi Yogya, menggunakan gamelan Jawa Sunda; Wayang Jemblung (Acapella), terdiri dari 15 orang dan menampilkan penyanyi Sruti Respati; Wayang Gamblang, sajian wayang dengan melukis; wayang kolaborasi antara Ki Dalang Apep (wayang golek) dan Ki Exwan Sutanto (wayang kulit Purwa); wayang Ringkang, menampilkan 30 dalang dari Bandung dengan konsep seperti Wayang Sandosa; dan wayang Kulit Purwa, menampilkan dalang cilik.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Pembunuhan Wartawan Indonesia Difilmkan
Robert Pattinson Masih Mencari Jejak di Hollywood
Empat Seniman Terima IKJ Awards
Raih IKJ Awards, Happy Salma Kenang Pentas Pertama