TEMPO.CO, Jakarta - Dosen komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ade Armando, menilai nomor urut tak akan banyak membantu pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam memenangi pemilihan umum Juli mendatang. Musababnya, para pemilih saat ini tak lagi menganggap penting efek nomor urut tersebut.
"Faktor ketokohan jauh lebih dilihat daripada sekadar nomor," kata Ade saat dihubungi Tempo, Ahad, 1 Juni 2014.
Menurut Ade, siapa pun pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memperoleh nomor urut 1 belum tentu mendapat manfaat dari tuah dari angka pertama pada bilangan asli itu. "Selama ini kan nomor 1 dianggap nomor juara, tapi sekarang tak akan berpengaruh lagi," ujarnya.
Kampanye hitam, tutur Ade, justru menjadi strategi kampanye yang berpotensi menentukan kemenangan. Menurut dia, kampanye hitam yang menjelek-jelekkan capres dan cawapres sangat berbahaya. Isu seperti agama, etnis, dan dosa-dosa masa lampau dianggap mampu merontokkan dukungan masyarakat.
"Capres-cawapres dan timnya lebih waspadai saja kampanye hitamnya. Jangan lagi terpaku pada nomor," ujarnya.
Komisi Pemilihan Umum hari ini menggelar undian nomor urut calon presiden. Pasangan yang diusung koalisi partai pimpinan Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, mendapat nomor urut 1. Adapun pasangan yang diusung koalisi partai pimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo alias Jokowi dan Jusuf Kalla, mendapat nomor urut 2.
Prabowo dalam pidatonya menilai nomor urut 1 sebagai pertanda kemenangan yang semakin dekat. Adapun Jokowi menganggap nomor urut 2 sebagai simbol keseimbangan.
INDRA WIJAYA
Terpopuler
Massa Berjubah Kembali Datangi Rumah Julius
Neta S. Pane: Penyerangan di Yogya Kental Unsur Politis
PDIP Bantah Instruksikan Awasi Kotbah di Masjid