TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan masih memberlakukan ASHTAM atau peringatan bahaya penerbangan akibat letusan Gunung Sangeang Api di Nusa Tenggara Barat. Menurut juru bicara Kementerian Perhubungan, Julius Adravida Barata, masih ada satu rute penerbangan yang berbahaya. "Padahal abu vulkanis sudah menurun," katanya kepada Tempo, Senin, 2 Juni 2014. (Baca : Sangeang Meletus, 12 Penerbangan dari Bali Batal)
Rute berbahaya tersebut berada di wilayah Whiskey 42. Whiskey 42 merupakan jalur penerbangan di wilayah Sumbawa-Lombok-Bali. Barata mengatakan jalur ini masih berstatus merah atau sangat berbahaya. Dengan status tersebut, para pilot diharapkan menghindari rute itu. "Masih berbahaya hingga pemantauan berikutnya," ujarnya. (Baca juga : Garuda Batal Terbang ke Lima Kota)
Sebelumnya, pemerintah menetapkan enam rute penerbangan yang berbahaya setelah Gunung Sangeang Api meletus pada Sabtu, 31 Mei 2014. Namun status itu perlahan dicabut karena intensitas hujan abu vulkanis Sangeang mulai menurun. Menurut Barata, saat ini abu vulkanis turun dari ketinggian 14 ribu menjadi 9 ribu kaki. Karena itu, kata dia, hingga saat ini tidak ada bandara yang ditutup.
Direktur Keselamatan dan Standar Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI), Wisnu Darjono, mengatakan jalur penerbangan Sumbawa-Lombok-Bali masih akan diwaspadai. Sebab, kata dia, awan abu vulkanik masih menutupi jalur tersebut. Pesawat baru akan diizinkan untuk melintas setelah abu vulkanik turun dari ketinggian 9 ribu kaki.
Letusan Gunung Sangeang Api, yang terletak di sebelah timur Pulau Sumbawa, melontarkan debu vulkanis setinggi 3 kilometer. Pemerintah sempat menutup dua bandara, yakni Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya dan Bandara El Tari di Kupang, Nusa Tenggara Timur. (Baca : Aktivitas Gunung Sangeang Api Naik Setahun Terakhir)
MAYA NAWANGWULAN
Berita Terpopuler
Warga Sleman Bubarkan Ibadah Umat Kristen
Cerita di Balik Perseteruan Prabowo-Wiranto
Sultan Didesak Agar Tegas Selesaikan Intoleransi di DIY