TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,96 miliar pada April 2014. Memburuknya neraca perdagangan disebabkan tingginya impor nonmigas dan belum membaiknya harga komoditas nasional sehingga ekspor nonmigas belum bisa terdongkrak.
Kepala BPS Suryamin mengatakan volume neraca perdagangan surplus sebesar 31,8 juta ton. Namun surplus volume belum menjamin terjadinya surplus nilai. "Sebagian besar komoditas harganya turun. Sehingga, walaupun volume besar, nilai ekspornya kecil," katanya saat konferensi pers, Senin, 2 Juni 2014.
Total barang yang diimpor pada April mencapai US$ 16,26 miliar, naik 11,93 persen ketimbang Maret 2014. Adapun impor migas turun 7,55 persen, tapi impor nonmigas meningkat tajam 19,32 persen. "Tingginya impor nonmigas diduga untuk memenuhi kebutuhan jelang puasa dan Lebaran serta tahun ajaran baru," ujarnya.
BPS juga mencatat kecenderungan peningkatan impor elektronik seperti alat komunikasi. "Impor telepon seluler, laptop, dan barang sejenisnya melonjak," katanya. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menilai lonjakan impor ponsel sebagai tanggapan atas rencana pemerintah menerapkan pajak barang mewah.
Impor ponsel mencapai US$ 332,16 juta pada April lalu atau naik 58,9 persen dari realisasi Maret 2014 sebesar US$ 209,04 juta. Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga April 2014, impor ponsel mencapai US$ 1,06 miliar, naik 45 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 731,9 juta.
Impor komputer jinjing dan notebook pada April lalu mencapai US$ 82,59 juta atau naik 0,59 persen dari bulan sebelumnya sebesar US$ 82,1 juta. Sedangkan pada Januari hingga April 2014, impornya turun 28,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 288,3 juta.
Pemerintah berkali-kali akan memberlakukan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) terhadap produk ponsel impor. Tujuannya untuk menekan derasnya impor. Sasmito mengatakan tingginya impor produk kebutuhan Lebaran juga menjadi salah satu faktor pendukung defisit neraca perdagangan April. Contohnya, impor sapi indukan, bakalan, dan daging sapi.
"Angkanya naik tajam," ujarnya.
Sasmito memprediksi neraca perdagangan ke depan bakal masih terus mencatatkan kinerja negatif. Alasannya, ekspor minyak sawit mentah (CPO) yang kerap jadi penopang justru turun menjadi US$ 1,1 miliar pada April dari US$ 2,03 miliar pada Maret lalu.
Adapun kinerja ekspor produk lain masih terpuruk. "Pasar luar negeri juga masih ngos-ngosan. Pada Mei, Juni, Juli diperkirakan masih negatif," katanya. Defisit neraca perdagangan diprediksi berimbas melemahnya indeks harga saham gabungan.
AYU PRIMA SANDI
Berita utama
SBY: 2004, TNI-Polri Tak Netral
Disebut 'Kapal Karam', SBY: Saya Panglima Tertinggi
Hashim Pernah Keluhkan PKS di Forum Usindo