TEMPO.CO , Jakarta - Momen pengambilan nomor urut calon presiden antara Prabowo Subiyanto dan Joko Widodo yang berlangsung Ahad, 1 Juni 2014, di Komisi Pemilihan Umum dipandang penuh momen menarik. Salah satunya saat pembacaan pidato sambutan setelah mendapatkan nomor urut. Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gozali, menilai Prabowo tampil secara baik dan lebih cukup elegan. Sedangkan Joko Widodo tampil dengan baik dan taktis.
“Secara umum, Prabowo tampil tenang,” kata Effendi kepada Tempo, Ahad, 1 Juni 2014. Hal tersebut ia simpulkan dari awal kedatangan Prabowo ke Komisi Pemilihan Umum jelang melakukan pengundian nomor urut. (Baca: Masuk Kampanye, KPU Minta Capres Tak Saling Fitnah)
“Bukankah dia (Prabowo) yang datang menyalami Jokowi dan dalam pidato menyebut Jokowi? Jadi di sini, dengan menyebut Jokowi, Prabowo unggul,” kata pria kelahiran Padang, 5 Desember 1966, ini.
Sikap yang diambil Prabowo dengan menghampiri lantas menyalami Jokowi terlebih dahulu, menurut Effendi, mengikis pandangan selama ini atas hubungan Prabowo terhadap Jokowi. Oleh beberapa pihak, Jokowi sempat dianggap pembohong dan juga orang yang tidak tahu terima kasih kepada orang yang pernah mengusungnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sedangkan taktis Jokowi, kata dia, dapat dilihat dari bagaimana Jokowi menambahkan doa dalam pidato sambutannya. Hal tersebut seolah menunjukkan sebuah strategi, terutama saat deklarasi, Prabowo sempat lebih unggul dengan kesan religius.
KPU telah menetapkan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan maju bertanding pada pemilihan presiden tahun ini. Dua pasangan itu adalah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang mendapatkan nomor urut 1, dan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang memperoleh nomor urut 2. (Baca: Dapat Nomor 2, Jokowi: Dua Simbol Keseimbangan)
AISHA SHAIDRA
Berita Terpopuler
Perubahan Haji Era Anggito
Sangeang Meletus, Dua Bandara Ditutup
Warga Sleman Bubarkan Ibadah Umat Kristen