TEMPO.CO, Sidoarjo - Puluhan alumni dan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus Universitas Sunan Giri (UNSURI) Surabaya berdemonstrasi dan menyegel Gedung Rektorat Unsuri, Selasa, 3 Juni 2014. Demonstran memprotes tindakan keputusan Unsuri yang menahan ijazah mahasiswa yang telah lulus naming menunggak pembayaran uang gedung dan uang kuliah.
Kordinator aksi, Masful Arif yang lulus November 2013 menjelaskan Unsuri memintanya membayar uang sebesar Rp 2,2 juta untuk uang gedung dan SPP. "Saya bingung, padahal sudah ada kesepakatan tidak ada pungutan uang," kata dia di sela-sela penyegelan gedung rektorat.
Menurut Masful, ini bukan demo pertama. Mahasiswa juga unjuk rasa pada 21 April 2014 memprotes pencabutan beasiswa dari Lembaga Pendidikan Al Ma'arif NU Jawa Timur. Demo itu menghasilkan tiga kesepakatan yakni pembebasan uang SPP. Jika diingkari, Ketua Yayasan Ali Haidar harus mundur dari jabatannya. "Kesepakatan itu sudah bermaterai dan diteken Ketua Yayasan dan koordinator aksi."
Sepekan setelah perjanjian itu Masful menghadap ke yayasan untuk meminta ijazahnya. Tapi ijazah tetap ditahan karena belum membayar sumbangan. Ijazah baru akan diberikan kalau ia membayar sumbangan. "Ketua Yayasan menawarkan pinjaman kepada saya dan boleh dicicil."
Masful menuntut Rektorat mendesak ketua yayasan mengundurkan diri dari jabatannya sesuai perjanjian. "Ini bentuk perlawanan kami bahwa kami tidak bisa ditindas."
Rektor Unsuri Sunaryo datang dan menemui massa yang sudah emosi di ruang rapat. Setelah mendengar permintaan dan perdebatan, akhirnya Sunaryo menyetujui permintaan mahasiswa menurunkan ketua yayasan karena dianggap tidak pro-mahasiswa. "Ya, kami akan desak dia turun," kata Sunarto di hadapan mahasiswa. Meski begitu, demonstran tetap menyegel kantor yayasan, gedung rektorat sehingga perkuliahan diliburkan.
SYARRAFAH