TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Handaka Santosa mengatakan bahwa murahnya harga barang dan jasa di Indonesia bisa menjadi peluang untuk mengembangkan pariwisata. “Itu jadi momentum untuk mengundang banyak wisatawan mancanegara berbelanja di Indonesia, khususnya DKI Jakarta yang murni mengandalkan sektor barang dan jasa sebagai unggulan wisata,” tuturnya ketika dihubungi, Selasa, 3 Juni 2014.
Pernyataan ini menanggapi hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan Indeks Tingkat Harga (ITH) Indonesia mencapai 55,7. Artinya, Indonesia sebagai negara dengan harga barang dan jasa keenam termurah di ASEAN atau ke-38 termurah di dunia. Indeks ini dibuat dengan menjadikan dunia sebagai referensi yang skala tertingginya ialah 100.
Kepala BPS Suryamin sebelumnya mengungkapkan ITH menunjukkan perbandingan tingkat harga riil atau daya beli antarnegara. Indeks tersebut diperoleh dengan membagi Purchasing Power Parity (PPP) dengan nilai tukar. (Baca: BPS: Penduduk Kota Lebih Bahagia)
“Nilai Indeks Tingkat Harga Indonesia sebesar 55,7 tersebut mengindikasikan bahwa tingkat harga dan barang jasa di Indonesia lebih murah 44,3 persen dari rata-rata tingkat harga di dunia,” kata Suryamin, Senin lalu.
Di kawasan ASEAN, Singapura menempati posisi pertama sebagai negara dengan harga barang dan jasa termahal. Nilai ITH Singapura mencapai 111,1 atau termahal ke-36 di dunia.
Selain itu, Jepang menjadi negara yang memberikan banderol termahal bagi sektor barang dan jasanya di kawasan Asia. ITH Jepang yang mencapai 173,5 menjadikannya sebagai negara dengan harga barang dan jasa termahal keenam di dunia. (Baca: Impor Ponsel Picu Defisit Neraca Perdagangan)
Murahnya harga barang dan jasa di Indonesia dibanding negara lain berbanding lurus dengan persentase pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia untuk barang dan jasa. Dalam rilisnya, BPS menyebutkan sebanyak 19,17 persen pengeluaran per kapita dalam sebulan masyarakat Indonesia dihabiskan untuk belanja barang dan jasa.
Jumlah ini mengalahkan pengeluaran untuk belanja kebutuhan sehari-hari mencakup beras, ikan, daging, susu, dan sayuran yang berkisar 18,5 persen sebulan. Melihat hal tersebut, lebih jauh Handaka mengungkapkan rendahnya harga barang dan jasa ini perlu terus dijaga.
Dengan begitu, menurut Handaka, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dari negara sekawasan seperti Malaysia yang memiliki kunjungan wisatawan mencapai 20 juta orang per tahun. “Harga murah seakan menjadi promosi bagi turis menengah dan backpacker untuk mampir ke Indonesia."
RAYMUNDUS RIKANG R.W
Berita terpopuler:
Mari Pangestu Usulkan Visa Gratis ke Negara Muslim
Survei BPS: Orang Indonesia Ternyata Cukup Bahagia
Thailand Kompetitor Utama Indonesia Hadapi 2015