TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi Bank Internasional Indonesia Juniman menilai bahwa defisit neraca perdagangan yang kembali terjadi bulan April lalu menyebabkan rupiah berpotensi melemah lagi. "Defisit itu membawa respons negatif bagi pasar," ujarnya saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 Juni 2014.
Juniman memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp 11.800 sampai Rp 11.900 per dolar AS. Nilai tersebut melemah cukup kuat jika dibandingkan dengan nilai tukar Senin kemarin yang berada di posisi Rp 11.740 per dolar AS. (baca:Defisit Perdagangan Melebar, IHSG Kemungkinan Lesu)
Tingginya defisit neraca perdagangan membuat pasar berekspektasi bahwa pada kuartal kedua nanti defisit ini semakin membengkak. Akibatnya, nilai rupiah makin terpuruk. (baca:Defisit Non-Migas per April Tertinggi Sejak 2012)
Rilis data neraca perdagangan dari Badan Pusat Statistik kemarin menunjukkan bahwa defisit mencapai US$ 1,97 miliar. Angka ini jauh lebih besar dari periode sebelumnya yang mencapai surplus US$ 670 juta. "Padahal, rupiah akan kembali menguat jika kondisi pasar tidak sesuai ekspektasi," tutur Juniman.
Pasar berekspektasi bahwa saham-saham Amerika Serikat akan menguat. Jika kondisi itu terjadi, rupiah akan berada di kisaran Rp 11.800-Rp 11.900 per dolar AS. Namun jika tidak terjadi, rupiah akan menguat di posisi Rp 11.600-Rp 11.700 per dolar AS. (baca:Impor Ponsel Picu Defisit Neraca Perdagangan)
Menurut Juniman, respons dari pemerintah sangat diperlukan untuk mencegah rupiah makin terpuruk. "Pemerintah harus bisa menekan produksi nilai impor sehingga bisa menekan current account deficit agar rupiah bisa kembali perkasa," kata dia.
AYU WANDARI
Terpopuler:
Diduga Mencurigakan, Ini Isi 14 Rekening Anggito
Dibidik Tersangka, Anggito Kembalikan Uang ke KPK?
Kasus Haji, PPATK: Rekening Anggito Mencurigakan
116 Pegawai Kementerian Agama Masuk Daftar Hitam
Honorer Ini Tarik Rp 1,4 Miliar di Rekening Haji