TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis 3 poin (0,1 persen) pada level 4.935, menyusul sikap antisipatif pelaku pasar terhadap rilis laporan pertumbuhan tenaga kerja AS (non-farm payrolls) terbaru pada bulan Mei. Belum adanya kepastian mengenai hal itu akhirnya membuat investor asing justru mengambil posisi jual.
Tak heran, di tengah nilai perdagangan saham yang relatif sepi sebanyak Rp 4,3 triliun, investor asing malah membukukan penjualan bersih sebesar Rp 62 miliar. Saham-saham perbankan menjadi saham yang paling banyak dilepas investor asing. Saham BRI turun 125 poin menjadi Rp 10.150 per lembar saham, sementara saham BNI susut 30 poin ke Rp 4.870 per lembar saham.
Analis PT Universal Broker Indonesia, Nizar Hilmi, membenarkan tindakan antisipasi investor asing membuat laju indeks hanya bergerak terbatas. Investor asing yang tak mau menanggung risiko kerugian, bila data non-farm payrolls bertumbuh, akhirnya melepaskan sebagian kepemilikan saham. “Jelang publikasi data tenaga kerja AS, investor global cenderung bersikap antisipatif,” katanya.
Ilham menambahkan, pelaku pasar juga tengah menunggu kepastian kebijakan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menghadapi perlambatan inflasi yang tengah melanda. Bila ECB jadi mengambil kebijakan pemberian stimulus, hal itu menjadi sentimen positif. Namun, bila ECB hanya menurunkan suku bunga, respons pelaku pasar tampaknya akan bersifat minim.
PDAT | MEGEL JEKSON