TEMPO.CO, Malang - Calon presiden Prabowo Subianto mengaku dekat dan sering bertemu para kiai sejak menjadi tentara. Pertemuan tersebut biasanya dilakukan sebelum terjun ke medan pertempuran atau tugas di daerah konflik. Tujuannya, untuk meminta doa saat menghadapi maut di medan tempur.
"Ini tradisi pasukan tempur, agar selamat saat bertugas," katanya di hadapan sejumlah kiai pengasuh pesantren di Pesantren Al Yasini, Areng Areng, Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Jumat, 6 Juni 2014. (Baca juga: Prabowo Kerap Diungkap Soal Kelemahan, Apa Saja?)
Doa para kiai terbukti manjur saat menghadapi kondisi terdesak dan terjepit. Bahkan, ia mengaku tiga kali menghadapi kondisi terjepit. Dikepung musuh sementara amunisi menipis hanya menyisakan sebuah geranat.
"Saat menghadapi maut atau napas terakhir, saya diminta pak kiai membaca dua kalimat syahadat. Saya sudah tiga kali membaca dua kalimat syahadat," katanya.
Ia berjanji tak akan menyerah ke musuh dalam kondisi hidup. Alhamdulillah, kata Prabowo, ia diberi kesempatan hidup. Untuk itu, ia sangat menghormati kiai untuk meminta doa restu saat maju sebagai calon presiden.
Menurutnya, kiai pula yang menggerakkan masyarakat untuk mengusir penjajah. Seperti yang terjadi dalam pertempuran heroik 10 November. Sang kiai mengerahkan santri dan masyarakat sipil untuk melawan pasukan Inggris yang mendarat di Surabaya. Gerakan tersebut dikenal dengan resolusi jihad yang digerakkan Kiai Haji Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama.
"Kiai yang menggerakkan masyarakat mengusir penjajah dengan fatwanya," katanya.
Janganlah Indonesia, kata Prabowo, diinjak-injak oleh bangsa lain. Menurutnya, Indonesia merupakan negara kaya namun kekayaannya mengalir ke luar. Masalah inilah yang membuatnya terpanggil untuk maju sebagai calon Presiden.
"Jika dipercaya jadi presiden, saya akan mendengarkan para kiai. Agar tak salah," katanya.
Mengenakan kemeja putih berpeci hitam dengan berkalung surban motif kotak-kotak warna merah putih, Prabowo menyampaikan syukur tak terima kasih karena kepercayaan masyarakat dan kiai yang diletakkan ke pundaknya. Ia berjanji tak akan mengecewakan harapan dan kepercayaan masyarakat.
"Saya tak minta dipilih, tapi saya berdoa agar saya dipilih. Saya tak memaksa, silakan memilih yang benar, terserah siapa," katanya menutup pidato di hadapan santri Al Yasini. (Baca juga: Prabowo: Saya Berutang Budi pada Petani dan Nelayan)
EKO WIDIANTO
Berita Lain
Prabowo dan Hatta, Beda Pakaian Beda Saku
Survei: Muslim Kota Lebih Pilih NU
Baca Eksepsi Hari Ini, Anas Janji Serang SBY