TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyebut midnight sale tetap berlangsung meski tarif dasar listrik (TDL) naik. "Ya walaupun naik, midnight sale tetap jalan terus, karena itu sudah menjadi gaya hidup," kata Ketua Umum APPBI Dewan Pengurus Daerah (DPD) DKI Jakarta, Ellen Hidayat, kepada Tempo, Sabtu, 7 Juni 2014.
Meski demikian, Ellen mengatakan para pengelola pusat perbelanjaan termasuk mal, sudah kewalahan menyiasati kenaikan TDL. Apalagi midnight sale pun kini menjadi rutinitas mal kelas atas. "Aktivitas midnight sale menambah waktu operasional pusat perbelanjaan, yang tentunya berpengaruh terhadap kenaikan biaya," kata dia. Sebagai gambaran, pusat perbelanjaan yang menggelar midnight sale membutuhkan tambahan waktu operasional sekitar tiga jam, hingga pukul 01.00 WIB.
Kendati kenaikan biaya operasional tak terhindarkan, kata Ellen, pusat perbelanjaan tidak ingin mengorbankan kenyamanan pengunjung. "Tapi bukan berarti tidak ada langkah efisiensi yang ditempuh. Kalau pagi, waktu pengunjung belum ramai, chiller atau air conditioner tidak kami hidupkan semua," ucapnya.
Ellen menilai kenaikan TDL ini tidak hanya memberatkan pengelola, tapi juga para tenant. Ia menyampaikan, sejak Mei silam, para tenant harus menanggung kenaikan biaya 13 persen karena kenaikan tarif listrik.(Baca: Midnight Sale 2013 Pecahkan Rekor MURI)
Sejak Mei 2014, tarif listrik untuk pelanggan bisnis menengah (B2) naik 13,09 persen dari sebelumnya Rp 1.352 per kilowatt-hour (kWh) menjadi Rp 1.529 per kWh. Tarif untuk pelanggan bisnis besar (B3) termasuk mal, naik 3,2 persen dari Rp 1.117 per kWh menjadi Rp 1.153 per kWh. Tarif listrik ini akan berubah setiap bulan mengikuti fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, inflasi, dan harga minyak mentah Indonesia.
MARIA YUNIAR
Berita Terpopuler
Al Quran Dibacakan untuk Pertama Kali di Vatikan
AS: Belanja Militer Cina Lebih dari US$ 145 Miliar
Jakarta-Bali, Rute Terpopuler Selama Lebaran