TEMPO.CO, Jakarta - Penyelenggaraan Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2014 dinilai para juri memprihatikan.
Menurut Seno M. Hardjo, Board of Director AMI Awards, pada tahun ini pihak AMI hanya menerima 186 album musik yang dinilai. Sedangkan tahun lalu, ada 221 album.
"Terjadi peningkatan pada single. Tahun lalu kami menerima 420 dan tahun ini mencapai angka 445," kata Seno.
Seno mengatakan dunia digital yang dinilai baik untuk perkembangan musik, tapi ternyata menciptakan sesuatu yang memprihatinkan.
Tahun ini, album pemusik jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu. "Penyebabnya, banyak musisi membuat single dan mempromosikannya melalui digital. Mereka tidak memerlukan lagi bentuk fisik," kata Seno di sela jumpa pers AMI Awards 2014 di Jakarta, akhir Mei 2014.
Ia mengkhawatirkan bila para musisi hanya mengandalkan single, maka akan banyak terlahir musisi one hit wonder. Sedangkan, kalau dari album bisa dinilai karakter dan kualitas musiknya.
Andy Julias selaku tim katagorisasi AMI Awards, mengaku miris pada kondisi industri musik saat ini. Namun, walaupun dari segi kuantitas menurun, Andy tetap melihat ada sisi positif di mana saat ini label tidak lagi banyak berperan.
"Artis jadi lebih bebas untuk membuat karya. Ini satu hal yang cukup menggembirakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Andy.
Menurut Andy, kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana musik terasa seragam. Ke depannya, Andy meramalkan akan semakin banyak kategori untuk aliran musik baru di AMI Awards. (Baca: BCL Keluarkan Album The Best)
"Saat pengkategorian banyak artis yang kita bingung jenis musiknya mau kita letakkan di kategori apa. Dibilang pop bukan, dibilang jaz juga bukan. Jadi, lahirlah istilah bidang pop dan urban. Kategori baru seperti ini bisa mendorong artis-artis baru untuk berani bereksperimen," kata Andy.
Artis-artis yang masuk kategori urban adalah Sherina, Citra Scholastika, Rieka Roeslan, Tasya Tania, Matthew Sayersz, Pandai Besi, Ecoutez, Maliq & D'Essentials, Soulvibe, Bonita & The Hus Band, dan The Groove.
"Pada tahun ini peran komunitas juga membantu. Sudah tidak bisa mengandalkan label. Cukup banyak karya-karya tahun ini yang berada di luar garis mainstream," kata Andy yang juga punya komunitas Indonesian Progressive Society (IPS).
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Malaysia Larang Peredaran Sampul Album Jimi Hendrix
Kanye West Tingkatkan Keamanan untuk Anak
Ben Kasyafani Curhat Mau Ketemu Anak
Beli Yoghurt, Dompet Charlize Theron Ketinggalan