TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan pembatasan ekspor tambang yang mulai berlaku pada pertengahan Januari 2014 membuat ekspor konsentrat tembaga, perak, dan emas PT Newmont Nusa Tenggara dari Provinsi Nusa Tenggara Barat terhenti. Akibatnya, nilai ekspor April 2014 provinsi ni melorot 73,15 persen menjadi hanya US$ 1,26 juta (sekitar Rp 14,97 miliar). (Baca pula: Penghentian Produksi Newmont Dilakukan Sepihak)
Kini, komoditas ekspor terbanyak berupa perhiasan mutiara dan permata senlai US$ 1,03 juta (Rp 12,239 miliar). Komoditas tersebut mengambil porsi 81,71 persen dari nilai ekspor NTB. Selebihnya adalah komoditas garam, belerang, dan kapur (12,97 persen) serta hasil laut berupa ikandan udang (2,85 persen).
Sebaliknya, Badan Pusat Statistik NTB mencatat nilai impor dari NTB sepanjang April 2014 mencapai US$ 7,18 juta (sekitar Rp 85,12 miliar). "Terjadi defisit neraca perdagangan," kata Kepala BPS NTB Wahyudin pada Sabtu pekan lalu.
Adapun ekspor perhiasan mutiara dan permata pada April 2014 yang menuju Jepang senilai US$ 523,3 ribu (41,36 persen), Australia US$ 510,4 ribu (40,34 persen), dan Cina US$ 86,8 ribu (6,87 persen). Selebihnya diekspor ke Vietnam, Korea, Thailand, India, Belanda, Malaysia, dan Hong Kong.
Impor masih didominasi kebutuhan perlengkapan perusahaan tambang Newmont berupa benda-benda besi dan baja senilai US$ 2,46 juta (34,3 persen), mesin-mesin peralatan mekanik US$ 1,91 juta (26,62 persen), serta kendaraan dan onderdilnya senilai US$ 1,24 juta (17,35 persen).
Nilai ekspor NTB pada 2013 mencapai US$ 405,82 juta (sekitar Rp 4,805 triliun). Sedangkan empat bulan terakhir 2014 ini baru US$ 27,95 juta (sekitar Rp 330,974 miliar). Nilai impor pada 2013 sebesar US$ 201,39 juta (sekitar Rp 2,384 triliun), sedangkan pada tahun ini menjadi hanya US$ 51,34 juta (sekitar Rp 607,962 miliar).
SUPRIYANTHO KHAFID
Berita utama:
TNI AD: Babinsa Partisan atas Inisiatif Pribadi
Simbol Soeharto Dinilai Tak Berpengaruh Signifikan
Prabowo Dinilai Ingin Manfaatkan Simbol Orde Baru